Selasa, 26 Februari 2013

Aku Ada Rahasia --Ten2five



maafkan aku bila aku ada rahasia
bukan denganmu
maafkan aku bila aku ada rahasia
oh mungkin dengannya
siapa bilang jadi setia
pastilah tahan kalau digoda
siapa bilang jadi setia
oh terkadang aku ta bisa
terlalu muda tuk bilang cinta
perasaan yang kau harap sama
tapi ternyata indah nya cinta aku ta merasa
maafkan aku bila aku ada rahasia
bukan denganmu
maafkan aku bila aku ada rahasia
oh mungkin dengannya
terlalu muda tuk bilang cinta
perasaan yang kau harap sama
tapi ternyata indah nya cinta aku ta merasa
maafkan aku bila aku ada rahasia
bukan denganmu
maafkan aku bila aku ada rahasia
oh mungkin dengannya
aku ada rahasia…
aku ada rahasia
rahasia…

download lagunya disini


A Brand New Day--Ten2Five


A Brand New Day


A brand new day for you and me 
In this place as husband and wife
We’ll be holding on till we grow old, together, forever and ever
I promise you, that I’ll please you with my endless love and passionand 
I will never leave you…


Reff :
This is a journey that will never end
We’ll have our children named Jeremy and Felicia
We’ll have a beautiful house
With a bench and apple tree
I know it sounds too much
But this is a brand new day

Ohoo..

Oh this is a brand new day..

Oh..oo…

* Back to reff :


A brand new day
For you and me
In this place as husband and wife..

Download lagunya disini





Euphorbiaceae--makalah


Euphorbiaceae


Disusun Oleh  :
Mitrawati     
  Inggrit Amedia
  Regita Andriani
Tika Andriani
Nuke Nurhidayati       

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia  merupakan  salah  satu  negara  tropis  yang  kaya  dengan keanekaragaman hayati, mulai dari jenis tumbuhan tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Tumbuhan  yang  terdapat  di  wilayah  Nusantara  memiliki  daya  guna  dan  nilai  yang sangat tinggi, baik dalam segi ekonomi, industri,  lingkungan dan potensial sebagai obat-obatan tradisional.  Salah satu tanaman yang berguna untuk obat-obatan tersebut adalah tumbuhanjarak-jarakan atau famili Euphorbiaceae.

    Indonesia yang umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat beragam karena kekayaan keanekaragaman etniknya, menyebabkan beberapa masyarakatnya masih menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnya, terutama yang hidup di pedalaman dan terasing. Penggunaan obat tradisional tersebut, pada prinsipnya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran, pencegahan penyakit, obat pengganti atau pendamping obat medik dan memulihkan kesehatan (Supandiman et al., 2000).
 
Dunia  tumbuhan menurut  taksonomi  dapat diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok mulai dari divisio sampai spesies. Euphorbiaceae merupakan salah satu famili dari  tumbuhan  yang memiliki  jumlah  genus  dan  spesies  yang  cukup  banyak.  F amili Euphorbiaceae  mempunyai  hampir  7300  spesies  yang  tergabung  dalam  300  genus. Beberapa genus  dari  tumbuhan ini  diantaranya adalah Acalypha,  Aleurites,  Antidesma, Bischofia,  Cicca,  Croton,  Emblica,  Euphorbia,  Jatropha,  Macaranga,  Pedilanthus, Phyllanthus, Reutealis, Sapium dan lain-lain (PT. EISA! Indonesia, 1995).

1.2.Rumusan masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan tumbuhan  Famili Euphorbiaceae?
1.2.2. Apa saja jenis anggota Famili Euphorbiaceae?
1.2.3. Bagaimana karakteristik dari anggota Famili Euphorbiaceae ?
1.2.4. Apakah manfaat dan konservasi Famili Euphorbiaceae?


1.3.Tujuan
1.3.1. Mengenal tumbuhan dalam Famili Euphorbiaceae
1.3.2. Mengetahui berbagai jenis anggota Famili Euphorbiaceae
1.3.3. Mengetahui karakteristik dari anggota Famili Euphorbiaceae
1.3.4. Mengetahui berbagai manfaat dan konservasi Famili Euphorbiaceae



  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Famili Euphorbiaceae
 Euphorbiaceae merupakan suku terbesar keempat dari lima suku tumbuhan berpembuluh di kawasan Malesia yang mewadahi 1354 jenis dari 91 marga (Whitmore,1995). Penelitian taksonomi marga-marga Euphorbiaceae antara lain dilakukan oleh Backer & Bakhuizen (1963), Whitmore (1972), Airy Shaw (1975,1980,1981,1982) dan lain-lain.  


2.2. Karakteristik
1. Akar
Akar euphorbia, sebagaimana semua tanaman dikotil, adalah akar tunggang. Akan tetapi, tanaman yang diperbanyak dengan setek memiliki perakaran serabut. Akar tersebut tumbuh langsung dari pangkal batang. Akar yang sehat berwarna putih kecoklat-coklatan, sedangkan akar yang sudah tua berwarna coklat. (Purwanto, 2006).
2.    Batang
Batang euphorbia ada dua macam, yaitu bulat dan bersudut. Batang ini tumbuh tegak menjulang ke atas, tetapi beberapa spesies ada yang melengkung. Sebagaimana tanaman kaktus, euphorbia tidak berkayu. Akan tetapi, dengan semakin bertambahnya umur tanaman batang akan mengeras. (Purwanto, 2006).
Batang euphorbia tidak berkayu, tetapi jika tumbuh membesar akan mengeras. Bentuk batangnya ada yang bulat, ada pula yang bersudut. Batang ini ditumbuhi duri, ada yang berduri tunggal, ganda, dan duri yang berkelompok. (Anonim a, 2007).
3. Daun
Bentuk daun euphorbia bervariasi, meskipun tidak terlalu banyak, ada yang berbentuk bulat telur, lonjong dan jorong. Masing-masing daun mempunyai ketebalan berbeda-beda. Hampir semua daun tidak bertangkai tetapi duduk pada batang. Tepi daun tidak bergerigi. Ujung daun juga bervariasi, ada yang runcing, tumpul dan ujung terbelah. Susunan daun euphorbia berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. (Purwanto, 2006).
Tulang daun menonojol, terutama tulang pada bagian tengah keras. Warna bervariasi mulai dari hijau muda hingga tua. Secara umum, daun euphorbia tunggal berbentuk pipih, bergelombang atau melengkung. Munculnya euphorbia impor semakin banyak dengan variasi tanaman yang beragam, termasuk ciri dari daunnya, beberapa variasi bentuk daun sebagai berikut :
a. Bentuk daun ada empat macam, yaitu simetri yang ditandai dengan   ujung daun lancip, oval dengan ujung daun lancip mengecil, lurus dengan ujung daun agak membulat dan bentuk hati dengan ujung daun terbelah menjadi dua bulatan.
b. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal melebar, lanset, dan lancip mengecil. (Hapsari dan Budiana, 2007).
4. Bunga
Bunga euphorbia muncul membentuk dompolan-dompolan, setiap dompol terdiri atas 4-32 kuntum. Ada empat bagian utama bunga, yaitu mahkota bunga semu, benang sari, putik dan bakal buah. Mahkota bunga yang berwarna-warni yang kita kenal sebagai bunga sebetulnya adalah  brachtea (seludang) bunga yang sudah mengalami modifikasi sehingga menyerupai mahkota. Oleh karena itu, sering kali bunga euphorbia disebut bermahkota semu (Purwanto, 2006).
Umumnya tanaman ini memiliki bunga sejati yang sempurna dengan organ seksual jantan dan betina yang lengkap. Namun, ada juga yang memilki bunga yang tidak sempurna yang tidak memiliki organ seksual dan bersifat steril, sehingga tidak dapat digunakan untuk perbanyakan generatif. Beberapa kultivar memiliki bunga yang keseluruhannya merupakan bunga yang tidak sempurna. Ada pula tanaman yang sebagian bunganya merupakan bunga sempurna dan beberapa kondisi tumbuh bunga yang tidak sempurna. (Anonim b, 2009).
5. Buah
Tanaman ini termasuk mudah berbuah. Buah muncul karena adanya pembuahan atau bersatunya benang sari dan putik. Penyerbukan dapat terjadi secara aami dengan bantuan serangga atau manusia. Buah muncul setelah 3-6 hari dari penyerbukan. (Hapsari dan Budiana, 2007).
Buah berbentuk seperti kapsul dan tersusun membentuk dompolan yang terdiri atas 3-4 buah. Buah ini terletak di ujung tangkai bunga. Buah muda berwarna hijau dan apabila sudah tua buah akan berwarna coklat. Buah tua harus segera dipetik, sebelum pecah dengan sendirinya. Pemetikan buah dilakukan pada pagi hari, karena pada siang hari biji yang sudah kering akan terpelanting bila terkena sinar matahari. (Purwanto, 2006).
Diagram bunga
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2d2cLrTlltOVVdUY82jICBETIWmQwXIjx8-kV7SuXf-Hq63GgQyS3xfoj_0iL8rJIrX9hOuclJxk3WwReDmtKSWO5y5ByLopxaiCT_UrmfEhsmXms5-pMJ0iWqMp5JuP520eyV06DJp3A/s320/euphorbiaceae.gif
Genus dalam suku Euphorbieae, subtribe Euphorbiinae (Euphorbia dan kerabat dekat) menunjukkan bentuk yang sangat khusus pseudanthium ("bunga palsu" terdiri dari beberapa bunga sejati) disebut sebuah cyathium. Ini biasanya sebuah penutup seperti cangkir kecil yang terdiri dari bracts menyatu bersama dan kelenjar nectary perifer, mengelilingi sebuah cincin dari bunga jantan, masing-masing benang sari tunggal. Di tengah cyathium berdiri sebuah bunga betina: satu putik dengan stigma bercabang tunggal. Pengaturan ini secara keseluruhan menyerupai bunga tunggal.

Buah biasanya schizocarp, kadang-kadang buah berbiji satu. Sebuah schizocarp khas adalah regma, buah kapsul dengan tiga atau lebih sel, yang masing-masing membagi terbuka pada saat jatuh tempo menjadi bagian-bagian yang terpisah dan kemudian melepaskan diri eksplosif, hamburan benih kecil.

6. Biji
Biji euphorbia terdapat di dalam buah. Biji yang berwarna coklat tua ini berbentuk bulat, dengan diameter antara 0,3-0,5 cm. Biji akan terbentuk setelah 3-6 hari sejak penyerbukan dan dapat segera disemaikan setelah dipetik. (Purwanto, 2006).
Bunga radial simetris yang berkelamin tunggal, dengan jantan dan bunga betina biasanya terjadi pada tanaman yang sama. Seperti yang bisa diharapkan dari seperti keluarga besar, ada berbagai macam dalam struktur bunga-bunga. Mereka dapat berumah satu atau dioecious. Benang sari (organ laki-laki) dapat nomor dari 1 sampai 10 (atau bahkan lebih). Bunga-bunga wanita hypogynous, yaitu, dengan ovarium superior.

                       
2.3. Syarat Tumbuh
Euphorbia sangat menyukai sinaran panas matahari secara langsung. Jika diletakkan di bawah naungan, euphorbia hanya akan semarak dengan daun tidak dengan bunga sedangkan jika diletakkan di bawah matahari langsung maka dapat membantu euphorbia tersebut untuk menghasilkan bunga. (Anonim c, 2008).
Euphorbia termasuk tanaman yang memiliki toleransi tinggi terhadap suhu udara. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah yang bersuhu hangat pada siang hari hingga dataran tinggi dengan suhu relatif rendah. Batas suhu yang dapat diterima euphorbia adalah 21-27° C. kisaran suhu di Indonesia, terutama di dataran rendah cocok bagi pertumbuhan euphorbia. Bahkan, kebanyakan euphorbia yang tumbuh di dataran rendah (di bawah 600 m dpl) lebih bagus pertumbuhannya dibandingkan dengan yang tumbuh di dataran tinggi. (Purwanto, 2006).

2.4. Reproduksi
Euphorbia termasuk tanaman yang sangat mudah diperbanyak. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) ataupun secara vegetatif (dengan bagian tanaman itu sendiri) yang dalam hal ini dilakukan secara setek dan sambung pucuk (Purwanto, 2006).
Perkembangbiakan generatif terjadi melalui biji. Secara alami, sifat keturunan yang diperoleh biasanya berbeda dengan induknya. Perbedaan sifat ini terjadi karena perpaduan sifat yang berbeda dari kedua induknya akibat penyerbukan oleh serangga. Pembibitan dengan biji dilakukan untuk mendapatkan variasi baru. Sedangkan untuk perkembangan secara vegetatif bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Perbanyakan vegetatif seperti ini dilakukan melalui stek atau cangkok. Tujuan kedua cara tersebut untuk mempertahankan sifat dan karakteristik induk dalam anakan yang dihasilkan. Untuk perbanyakan vegetatif pun juga dapat digunakan untuk mendapatkan tanaman bersifat lebih unggul dari induknya, yaitu dengan teknik sambung. Teknik sambung memerlukan ketrampilan khusus agar tingkat keberhasilan yang diperoleh tinngi. (Soedijono dan Hartono, 2007).

2.5. Manfaat
Tumbuhan  famili  Euphorbiaceae merupakan  salah  satu  tumbuhan  yang  sudah banyak  dimanfaatkan  dalam  pengobatan.  Misalnya  melancarkan  peredaran  darah, sariawan,  batuk,  influenza,  malaria,  disentri,  lepra,  menyembuhkan  bengkak, menurunkan  panas,  rematik,  diare,  penyakit  hati,  ginjal,  batuk,  infeksi  usus,  kanker, hepatitis  B  dan  lain-lain  (Lawrence,  1963).  Efek  farmakologi  yang  diberikan  oleh tumbuhan,  kemungkinan disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan  tersebut.  Tumbuhan sebagai sumber metabolit sekunder di  alam  relatif  lebih  banyak  dibandingkan  dengan  hewan  dan  mikroorganisme.  Tumbuhan  di  alam menghasilkan  senyawa  metabolit  sekunder  seperti  alkaloid,  steroid,  terpenoid  dan flavanoid  dengan jumlah dan jenis yang  sesuai  dengan kebutuhan tumbuhan tersebut. Misalnya  ada  tumbuhan  yang  mengeluarkan  getah  beracun  yang  berguna  untuk mengusir atau bahkan membunuh serangga atau parasit lain yang mengganggu.  Sumber dari metabolit  sekunder pada  tumbuhan hampir  disemua jaringannya,  baik pada  akar, batang, daun maupun buahnya (Manitto, 1992).
Beberapa  tumbuhan  yang  berkhasiat  dari  tumbuhan  famili  Euphorbiaceae  ini adalah  getah  tumbuhan  Euphorbia  hirta  L  (patikan)  diketahui  dapat menyembuhkan penyakit kulit.  Akar tumbuhan  ini  diketahui dapat digunakan sebagai obat radang usus besar, bronkhitis,  dan asma. Daun Euphorbia hypericifolia L  dapat digunakan sebagai obat disentri, diare, dan keputihan. Daun dari tumbuhan Euphorbia prostata W (patikan cina)  diketahui  dapat mengobati  penyakit wasir,  disentri,  anemia,  dan menyembuhkan luka  yang  membengkak,  sedangkan  getahnya  untuk  mengobati  penyakit  mata  (PT. EISA! Indonesia,  1995).
Beberapa  penelitian  telah  berhasil  menentukan  kandungan  alkaloid  dalam tumbuhan  farnili  Euphorbiaceae,  diantaranya  Houghton,  dkk  menemukan  alkaloid isobubbialin dan epibubbialin dari daun tumbuhan Phyllanthus amarus. Kedua senyawa ini  dilaporkan  dapat  mencegah  penyakit  liver  dan  untuk  melawan  virus  hepatitis  B (Houghton, dkk,  1996). Tempesta dan Corley menemukan alkaloid phyllanthiamide dari kulit  batang  tumbuhan  Phyllanthus  sellowianus  yang  diketahui  memiliki  aktifitas sebagai  antipasmodik  (Tempesta  dan  Corley,  1998).  Joshi  dkk  menemukan  alkaloid norsecurinin  dari  buah  tumbuhan  Phyllanthus  niruri  L  yang  berfungsi  sebagai  obat gonorhoe  (Joshi,  dkk,  1986).  Teori  kekerabatan menurut  Venkatararnan menyatakan kandungan  kirnia  yang  terdapat  pada  tumbuhan  dalarn  farnili  yang  sarna,  akan mempunyai kerangka struktur yang  sarna atau saling berhubungan, yang mernbedakan antara  satu  dengan  yang  lainnya  adalah  kuantitas  kandungan  kimianya  (Kustilah, 1999).  Tumbuhan  Euphorbia  pulcherrima  merupakan  salah  satu  tumbuhan Euphorbiaceae  yang  mengandung  alkaloid.
Seratus lima puluh satu jenis dari suku Euphorbiaceae yang tercakup dalam 44 marga yang telah selesai diteliti revisinya di kawasan Malesia, ternyata ada yang jenis-jenisnya mempunyai potensi sebagai obat tradisional . Lima jenis di antaranya merupakan catatan baru sebagai tumbuhan obat. Potensi obat tersebut antara  lain sebagai obat sakit asma, demam, sakit perut, kencing nanah, sakit gigi, sakit kepala, sebagai racun ikan dan obat kuat (tonik). Bagian-bagian tumbuhan yang biasa digunakan adalah akar, daun, buah atau bagian tumbuhan yang mengandung getah beracun. Selanjutnya akan diuraikan informasi yang lengkap mengenai lima jenis catatan baru tersebut (pertelaan, persebaran, habitat dan ekologi, potensi).
Heyne (1950) yang telah mulai merintis  pembuatan buku mengenai De Nuttige Planten van Indonesie I & II (terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Departemen Kehutanan: Tumbuhan Berguna Indonesia I – IV) memuat 49 jenis  Euphorbiaceae yang diman-faatkan sebagai bahan obat-obatan tradisional, kemudian Steenis-Kruseman (1953) menerbitkan sebuah buku yang berjudul: Select Indonesian Medicinal Plants yang memuat 18 jenis, selanjutnya berturut-turut terbit buku mengenai obat-obatan tradisional yang berjudul: Materia Medika Indonesia I – III: 2 jenis (Anonim, 1977, 1979), Vademekum Bahan Obat Alam: 5 jenis (Anonim,1989), buku karangan Syamsuhidayat & Hutapea (1991): 12 jenis, Hutapea (1993,1994):17jenis, buku-buku yang dikeluarkan dari Departemen Kesehatan (1997,1999): 3 jenis dan Wijayakusuma et al.  (1992): 18 jenis, Medicinal Herb Index in Indonesia (1995): 127 jenis serta Prosea (1999, 2001, 2003): 80 jenis. Berdasarkan data-data yang pernah muncul tersebut terkumpul 148 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat tradisional dari suku Euphorbiaceae.
Tanaman anggota famili Euphorbiaceae  merupakan elemen penting pada hutan bekas logging di kawasan konservasi PT WKS di Sungai Tapa, Jambi. Tampui tumbuh baik di lahan berdrainase baik. Namun, secara individual tampui ditemukan di rawa-rawa yang tergenang secara periodik, hutan kerangas, dan hutan rawa gambut. Buah tampui yang bulat dan cokelat muncul dari batang atau cabang. Daging buah berwarna putih agak kuning gading, rasanya asam manis.








BAB III
PEMBAHASAN
            Euphorbia adalah merupakan salah satu famili  Euphorbiaceae yang mempunyai lebih dari 2000 spesies. Famili ini tumbuh tersebar di daerah tropis, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman yang tergolong sukulen dan menyerupai kaktus ini sangat menyukai sinar matahari, sehingga akan menampilkan bunga yang semarak apabila diletakkan di tempat yang terbuka dengan penyinaran matahari penuh.
3.1. Contoh Spesies Anggota Famili Euphorbiaceae
http://potkembangku.files.wordpress.com/2008/07/800px-euphorbia_milii_flowers.jpg?w=320&h=211
            1. Euphorbia milii






Posted on Juli 4, 2008 by Sumarno Wijaya
Kerajaan : Plantae
     Divisi : Magnoliophyta
           Kelas : Magnoliopsida
               Ordo : Malpighiales
                    Famili : Euphorbiaceae
                          Genus : Euphorbia
                               Spesies : E. Milli
Euphorbia milii merupakan salah satu spesies dari 2000 spesies lain dari genus Euphorbia. spesies yang asli diberi nama E. milii varietas splendens/E.splendens. varietas ini tumbuh sedikit menjalar (scrambing), memiliki seludang bunga (cyathia) berwarna merah berukuran 1 cm dan berbunga sejati berwarna kuning. E. splendens dapat tumbuh mencapai 60-240 cm. selain E. splendens yang berbunga merah, ada juga yang berwarna kuning yaitu varietas lutea yang berukuran lebih pendek dari berbunga merah. Sekarang ini para pemuliaan tanaman sudah banyak mengembangkan E.milii. Salah satu Negara yang mengembangkan E. milii sampai saat ini adalah Thailand. Selain Thailand, Indonesia dan Malaysia juga sudah mulai membudidayakan E. milli. Di Indonesia, euphorbia ini dikenal dengan nama Pakis giwang.
E. milii memiliki sifat genetik yang tidak stabil karena memiliki beberapa kromosom pengendali sifat. Dari induk yang sama akan dihasilkan banyak varietas keturunan baru.Pemurnian varietas perlu dilakukan untuk mendapatkan sifat yang relatif stabil, baik dari segi morfologi, produktifitas,maupun resistensi terhadap hama dan penyakitnya.
Meskipun dapat tumbuh didaerah tropis dan subtropis, E.milii lebih menyukai temperatur panas dan pencahayaan penuh, sehingga kurang berkembang dinegara subtropis.Dinegara maju, E. Milii digolongkan dalam tanaman beracun (poisson plant), karena getah susu (eksudat) dari tanaman tersebut jika berkoagulasi dengan darah dapat memacu pertumbuhan sel abnormal.
Tanaman dari family Euphorbiaceae memiliki batang berduri. Jaringan xylemnya mengeluarkan eksudat putih disebut dengan getah susu (milky sap). Daun E. milii berbentuk oval dengan ukuran bervariasi menurut hibrida dan kultivar. Bunganya kecil berwarna kuning dengan cyathia bewarna warni sebagai hasil dari hibridasi.
Umumnya tanaman ini memiliki bunga sejati yang sempurna dengan organ seksual jantan dan betina yang lengkap. Namun, ada juga yang memilki bunga yang tidak sempurna yang tidak memiliki organ seksual dan bersifat steril, sehingga tidak dapat digunakan untuk perbanyakan generatif. Beberapa kultivar memiliki bunga yang keseluruhannya merupakan bunga yang tidak sempurna. Adapula tanaman yang sebagian bunganya merupakan bunga sempurna dan beberapa kondisi tumbuh bunga yang tidak sempurna. Perakaran E. milii merupakan akar serabut dangkal yang tumbuh menyebar.
Euphorbia milii dapat tumbuh pada kisaran temperatur 4-40° Celsius. dihabitat aslinya, tanaman ini tumbuh dilahan terbuka (full sun) dan cukup toleran berada dilokasi sedikit ternaung (part shade location). Namun, tanaman ini relatif tidak tahan jika ditempatkan dalam ruangan. Meskipun toleran terhadap kondisi ternaung, tapi pertumbuhan Euphorbia akan lebih optimal bila ditanam dilahan terbuka. Kondisi ternaung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan tunas aksilar dan pembungaan. Pada kondisi ternaung, kecepatan tumbuh vegetatifnya relatif cepat, tetapi tunas yang terbentuk lebih sedikit dan lemas.
E.milii menyukai mikroklimat yang kering (Rh 70 %) dan membutuhkan media tanam yang lebih lembab dibandingkan dengan jenis euphorbia lainnya. Pada kelembapan rendah, tajuk tanaman dapat tumbuh dengan baik bila disertai dengan penyiraman yang memadai. Sementara itu, kelembapan udara yang terlalu tinggi akan menurunkan aktivitas metabolisme tanaman, sehingga tanaman peka terhadap serangan penyaki. Namun, E. Milii masih bisa ditanam didataran tinggi asal pencahayaannya cukup dan curah hujan rendah.
E.milii selain digunakan sebagai tanaman hias, juga berkhasiat sebagai obat. Obat yang dibuat dari E.milii diantaranya yaitu untuk mengatasi  pendarahan rahim, hepatitis, luuka bakar, bisul.
Konservasi : Budidaya tanaman hias euphorbia relatif mudah. Budidaya euphorbia meliputi pemilihan pot tanaman, penyiapan bahan tanam, penyiapan media tanam, perbanyakan tanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman. Dalam budidaya euphorbia hal yang perlu diperhatikan adalah sifat dan karakter tanaman. Euphorbia dapat beradaptasi di daerah panas dan kering dengan suhu tinggi dan sinar matahari penuh, meskipun demikian euphorbia tetap membutuhkan lingkungan yang sesuai agar tumbuh bagus dan optimal. Untuk mendukung keberhasilan euphorbia, dalam membuat media tumbuh sebaiknya memilih bahan yang bersifat porous dan berpori sehingga sirkulasi udara dan aliran air lancar. Pada dasarnya tanaman euphorbia tidak telalu meyukai air sehingga diharapkan media tumbuh tidak becek. Pemeliharaan tanaman harus dilakukan dengan baik dan yang perlu diperhatikan adalah pengendalian hama dan penyakit. Perbanyakan euphorbia dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Akan tetapi perbanyakan yang umumnya dilakukan adalah dengan cara vegetatif yaitu stek dan sambung batang. Perbanyakan secara generatif jarang dilakukan karena dalam pelaksanaannya kurang efektif dan membutuhkan waktu yang lama

2. Tanaman Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
http://www.metafro.be/prelude/prelude_pic/Phyllanthus_niruri2.jpg
 Nama lain dari Phyllanthus niruri Linn. adalah Phyllanthus amarus Linn., P. urinaria Linn., P. alantus B.L., P. kartonensis Horn., P. Echmanthus Wall., P. lepidocarpus Siet, et, Zuc., P. leptocarpus Weigh, (Dalimarta, 2000).


Klasifikasi menurut .(Van Steenis, 2003; Backer and Van den Brink, 1965)
Divisi : Spermatophyta
     Kelas: Magnoliaosida
Bangsa : Euphorbiales
    Suku : Euphorbiaceae
       Marga : Phyllanthus
 Jenis : Phyllanthus niruri Linn
Meniran termasuk jenis gulma yang tumbuh liar di tempat terbuka, tanah lembab dan berbatu, serta hampir tersebar diseluruh Indonesia pada ketinggian sampai 1000 meter di ataspermukaan laut. Tinggi tanaman maksimal 1 meter (Yanti et al.1993). Selain di Indonesia tumbuhan ini juga terdapat di India,Cina, Malaysia, Philipina, Australia, Amerika dan Afrika (Sidikdan Subarnas 1993).
Batang bulat, liat, masif, tidak berbulu, licin, hijau keunguan, diameter ±3 mm, sering sangat bercabang dengan tangkai dancabang-cabang hijau keunguan. Daun majemuk berseling, warna hijau, anak daun 15-24 helai, bular telur, tepi rata, pangkal membulat, ujung tumpul, di bawah ibu tulang daun sering terdapat butiran kecilkecil, menggantung. Bunga tunggal. Daun kelopak berbentuk bintang, mahkota putih kecil. Buah kotak, bulat, hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk ginjal, coklat tua (Sudarsono dkk., 1996).
Meniran mengandung golongan senyawa kimia golongan flavonoid,antara lain quercetin, quercetrin, isoquercetrin, astragalin, rutin kaemperol-4’ - rhamnopyranoside, eriodictyol - 7 - rhamnopyranoside, fisetin - 4’-O- glicoside, 5, 6 , 7,4’ - tetrahydroxy - 8 - ( 3- methylbut- 2 -enyl) - flavonone-5-O-runoside (nirurin). Pada akarnya terdapat 3,5,7-trihydroxyflavonl-4”-O- _ -L-(-) rhamnopyranoside; suatu senyawa glikosida flavonoid dengan kaemperol sebagai aglikon dan rhamnosasebagai bagian glikon. Ikatanglikosida terdapat pada posisi 4 sebagai gliksida flavonoid terdapat pula5,3’,4;-rihydroxyflavononone-7-O-α-L-(-),suatu flavonone (eriodictyol); L(-)-rhamnose sebagai bagian gikon. Selain itu terdapat senyawa lignan, norsecurinine, securinine, allosecurinine, dan senyawa alkaloid (entnorsecurinine). Ignan; nirphyllin (3,3’,5,9,9’-pentamethoxy-4-hydroxy,4’,5-methylendioxylignan, phyllnirurin (3,4-methylendioxy-5’-methoxy-9-hidroxy-4’-7-epoxy-8,3’-neolignan), isolintetrain, hypophyllanthin ( tidak pahit). Nirtetralin ,niranthin, phyllanthin (pahit), hinikinin, ligtetralin, phyllanthostatin A, dan alkaloid dari trans-phytol (Sudarsono dkk., 1996). Disamping itu juga mengandung saponin,kalium, damar, dan zat samak.
Pemanfaatan tumbuhan meniran ( Phyllanthus niruri L.) sebagai obat tradisional telah dikenal oleh masyarakat Indonesia yang dapat digunakan untuk pengobatan antara lain sakit kencing batu, demam, sakit perut, batuk,sakit gigi, sakit kuning dan gonorhoe (Sidik dan Subarnas, 1993). Herba dan akar digunakan untuk penyakit radang, infeksi saluran kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyebuhan diare, busungair, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit yang disebabkan karenagangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit digunakan untuk luka dan scabies.
Akar segar digunakan untuk pengobatan penyakit kuning. Dapat digunakan untuk penambah nafsu makan dan obat anti demam (Sudarsonodkk., 1996). Meniran merupakan tumbuhan liar yang banyak terdapat ditegalan, bantaran kali dan semak diantara pohon-pohon pisang. Masyarakat secara turun temurun memanfaatkan tumbuhan ini sebagai tanaman obat (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, 2002). Ekstrak yang diperoleh dari tumbuhan meniran ini adalah ekstrak yang mengandungkomponen aktif dengan indikasi khasiat sebagai peluruh air seni, hepato protektor dan anti infeksi (Radjaram dan Widjaja, 1993). Secara empiris danklinis, herba meniran berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik,antihepatotoksik, antipiretik, antiradang, antivirus, diuretik, ekspentoran danhipoglikemik (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Phyllanthus  niruri  (meniran)  adalah  salah  satu  tumbuhan  obat  yang  sering  digunakan  untuk jamu.  Seluruh  bagian  dari  tumbuhan  ini  digunakan  untuk mengobati  gonore,  sifilis,  nefralgia,  diare, demam dan  tetanus. Daun meniran digunakan untuk mengobati epilepsi, malaria, konstipasi, hipertensi dan kelainan menstruasi. Senyawa  lignan adalah metabolit  sekunder  yang penting pada  tumbuhan  ini, yang betanggung  jawab  terhadap aktivitas biologinya. Kultur  sel dari P. niruri menghasilkan  senyawa lignan.  Terdapat  perbedaan  yang  signifikan  secara  kuanlitatif  dan  kuantitatif  antara  profil  senyawa lignan dari kultur sel, kultur kalus, tumbuhan asli, akar dan biji dari P. Niruri . Dua senyawa lignan yang tidak  ditemukan  sebelumnya  dari  tumbuhan  ini  berhasil  diisolasi  dan  dimurnikan.  Satu  diantaranya adalah senyawa baru yaitu cubebin dimetilleter dan senyawa baru untuk P. niruri tetapi telah dilaporkan sebelumnya dari tumbuhan lain, P. urinaria, yaitu urinatetralin. Penambahan dua senyawa antara  untuk  biosintesis  lignan  pada  kultur  sel  P.  niruri  dapat  menstimulasi  peningkatan  produksi cubebin  dimetileter  hingga  0,7 mg  g-1  berat  kering  (kontrol  sel  hanya  0,1 mg  g-1  berat  kering)  dan urinatetralin hingga 0,3 mg g-1 berat kering (control sel hanya   0,2 mg g-1 berat kering). Dua senyawa antara tersebut adalah asam ferulat (0,5 mM) dan asam kafeat (0,5 mM).



3. Antidesma bunius
Tanaman langka. Pohon, dapat mencapai 30 m, percabangan dekat permukaan tanah, tajuk cukup padat. Daun bertangkai pendek, bentuk lanset sampai elips, boleh dikatakan gundul, panjang 9-25 cm. Bunga 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0QNOmZDaoclXRjx8AVZwjTsl6u3F3FM26PRS7zG82mRgpJ99d1v-W0hq4tnAREP-Ie5EHSzGePv0-Y1UWpiHAXda6y8KxSlCCEu8k5uZVsm81yJhxO1KGOWfHPwlmGRXSXUHsTh-Fa-x/s1600/buah+buni.jpg

berumah dua, bunga dalam tandan di ujung dan di dalam ketiak. Buah elips lebar, hijau kemudian merah, akhirnya ungu kehitaman, gundul, panjang 1 cm. Digunakan untuk rujak, selai, sirup, biji batu pipih dengan rusuk yang berbentuk jala. Okulasi. 0-1300 m dpl.

Klasifikasi
Kingdom  : Plantae
      Divisio : Spermatophyta
             Kelas : Magnoliopsida
                      Ordo : Euphorbiales
                                Famili : Euphorbiaceae
                                           Genus : Antidesma
                                                   Spesies : Antidesma bunius (L.) Spreng.
Nama lain : wuni (Jawa, Sunda), barune (Sunda), huni gedeh (Sunda), huni wera (Sunda), burneh (Madura), buah monton (Batak), attor (Flores), kitikata (timor), bernai bonai, menerek (Lampung).
Masyarakat Dayak menggunakan tumbuhan ini sebagai obat kudis dan luka dengan cara akarnya direbus dan airnya diminum sedangkan daunnya dibuat pupur yang dioleskan ke bagian kulit yang sakit. Tumbuhan ini mengandung filatin, hipofilatin, kalium, damar dan tanin. Filatin dan hipofilatin berkhasiat melindungi sel hati dari zat toksik (hepatoprotektor). Bagian yang digunakan adalah herba segar atau yang telah dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Simplisia kering dapat disimpan dan digunakan jika diperlukan.
Herba digunakan untuk pengobatan: bengkak, busung perut (asites), protein dalam air seni akibat radang ginjal, infeksi dan batu saluran kencing, kencing nanah, menambah nafsu makan pada anak yang berat badannya kurang, diare, radang usus (enteritis), radang mata merah (konjungtivitas), radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice), radang selaput lendir mulut (sariawan), digigit anjing gila dan rabun senja.



                                                          BAB V KESIMPULAN

5.1 . Famili Euphorbiaceae ini tumbuh tersebar di daerah tropis, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman yang tergolong sukulen dan menyerupai kaktus ini sangat menyukai sinar matahari, sehingga akan menampilkan bunga yang semarak apabila diletakkan di tempat yang terbuka dengan penyinaran matahari penuh.

5.2  Contoh Spesies Anggota Famili Euphorbiaceae Euphorbia milii, Tanaman Meniran ( Phyllanthus niruri L.), dan Antidesma bunius.
5.3  Famili Euphorbiaceae mempunyai karakteristik akar tunggang, batang bulat dan bersudut, daun bulat telur, lonjong dan jorong, memiliki bunga sejati dan bunga bermahkota semu, Buah berbentuk seperti kapsul dan terletak di ujung tangkai bunga, biji terdapat di dalam buah dan berwarna coklat tua, berbentuk bulat.
5.4 ketiga contoh spesies anggota famili Euphorbiaceae dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat.










DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. & Chairul, 1995, Tumbuhan dan Senyawa Bioaktif yang Memiliki Potensi Sebagai Anti Virus HIV. Majalah Farmasi Indonesia  (Indonesian Journal of Pharmacy) 6 (1): 20 – 30 
Airy Shaw, H.K.,1975, The  Euphorbiaceae  of Borneo. Kew Bulletin Additional Serie 4. Airy Shaw, H.K.,1980, The Euphorbiaceae of New Guinea. Kew Bulletin Additional Serie 8.
Airy Shaw, H.K.,1981, The  Euphorbiaceae of Sumatra. Kew Bulletin 36: 239 – 374. 
Airy Shaw, H.K.,1982, The  Euphorbiaceae of Central Malesia (Celebes, Moluccas, Lesser Sunda Islands). Kew Bulletin 37: 1 – 40.
Anonim, 2007a. http://www.bbpp-lembang.info/index2.php?option=com_content. Diakses pada tanggal 13 Juni 2012.
_______, 2009b. http://www.puspita-klaten.co.cc/2009/07/kegunaan-khasiat.html. Diakses pada tanggal 13 Juni 2012.
_______, 2008c. http://simplyeko.com/category/euphorbia. Diakses pada tanggal 13 Juni 2012.
_______, 2009d. http://www.jurnalmanajemenn.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 13 Juni 2012
Backer, C.A. and  Bakhuizen van den Brink Jr, R.C., 1963, Flora of Java I. Noordhoff, Groningen.
Haegens, R.M.A.P., 2000, Taxonomy, Phylogeny, and Biogeography of Ba-ccaurea, Distichirhops, and  Notho-baccaurea (Euphorbiaceae).  Blumea Supplement 12.
Hapsari, B. dan Budiana, N.S. 2007. Euphorbia Milii. Penebar Swadaya. Jakarta.
Heyne, K, 1950, De Nuttige Planten van Indonesie. N.V. Uitgeverijw van Hoeve's-Gravenhage/Bandung.
Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. New York : The Macmillan Co.
Lidiasari  E.,  Syafutri  M.I.,  dan  Syaiful  F.,  Influence  of  Drying  Temperature  Difference  On   Physical And Chemical Qualities of Partially Fermented Cassava Flour,  Jurnal  Ilmu-ilmu   Pertanian Indonesia, 2006, vol. 8, pp. 141-146.
Purwanto, A. W. 2006. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Berbunga. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Kanisius. Yogyakarta.
Steenis-Kruseman, M.J. van., 1953, Select Indonesian Medicinal Plants. Medan Merdeka Selatan 11, Pav. Djakarta
Soedijono, B. dan Rudi H. 2007. Agar Euphorbia Tampil Menawan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UIPress).
Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta.
Supandiman, I., Muchtan dan  Sidik., 2000, Keamanan Pemakaian Obat Tradisional dalam Pelayanan Klinik. Prosiding Kongres Nasional Obat Tradisioanl Indonesia (Simposium Penelitian Bahan Obat Alami X). menuju Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya, 20 – 22 November. pp.1 – 11.
Stanton,  WY.  2007.  Pengertian  Pemasaran  Menurut  Para  Ahli.  http://chinmi.
Van Welzen, P.C., 2001, Malesian Euphorbiaceae Newsletter. No. 11, December. Rijks-herbarium/Hortus Botanicus, Leiden University P.O.Box 9514, 2300 RA Leiden, The Netherlands.
Whitmore,T.C.,1995,The Phytogeography of Malesian  Euphorbiaceae. In: J. Dransfield, M.J.E. Coode & D.A. Simpson (eds.). Plant Diversity in Malesia III. Proceedings of the Third International Flora Malesiana Symposium 1995.Published by the Royal Botanic Gardens, Kew. 

LAMPIRAN

Diskusi
1.      Solifa Sarah
Mengapa di daerah subtropik Euphorbia milii dapat bersifat racun
Jawaban : E. milii digolongkan sebagai poisson plant di daerah maju karena getah susu (eskudat) dari tanaman tersebut jika berkoagulasi dengan darah akan memacu pertumbuhan sel abnormal.

2.      Roseliana Fitri
Mengapa E. milii di daerah subtripis pertumbuhannya tidak ootimal?
Jawaban : Karena pertumubuhan E. milii sangat tergantung pada pencahayaan. Ketika pencahayaannya penuh maka pertumbuhannya optimal. Sedangkan di daerah subtropik sendiri memiliki 4 musim, oleh karena itu musim panasnya hanya berlangsung sebentar, akibatnya pencahayaan tidak maksimal, dan pertumbuhan  E. milii pun tidak optimal.

3.      Asih Rismiarti
Apakah perbedaan flavonoid dengan alkanoid, terpenoid dan steroid dalam metabolisme sekunder?
Jawaban : flaponoid, alkanoid, terpenoid dan steroid merupakan jenis-jenis dari metabolit sekunder. perbedaan satu sama lain adalah dari struktur kimianya. Sedangkan fungsinya adalah sama yaitu sebagai metabolit sekunder.

4.      Ibu Sri Utami
Coba sebutkan ciri khas dari famili Euphorbiaceae
Jawaban : Pohon, perdu, semak, kadang-kadang berair, kerapkali mengandung getah. Daun tersebar, kadang-kadang berhadapan, tunggal atau majemuk menjari, kerapkali dengan daun penumpu. Ujung tangkai daun atau pangkal helaian daun kerapkali dengan kelenjar. Bunga berkelamin 1, berumah 1 atau 2, bunga betina dan jantan kadang-kadang berbeda besar, kadang-kadang tersusun dalam, yang dikatakan cyathium. Tenda bunga tunggal atau rangkap, kadang-kadang tidak ada. Tonjolan menebal dasar bunga kerapkali ada. Benang sari 1 sampai banyak. Lepas atau melekat. Bakal buah menumpang, beruang 2 – 4. Bakal biji 1 – 2 beruang. Buah bermacam-macam.


#inggrit #amedia #inggritAmedia #euphorbiaceae #taksonomi #tumbuhan #makalah