Jumat, 18 April 2014

Sesuatu yang Berdenyut Selain Nadi, Berdetak Selain Jantung



Ketika mulut menjadi kaku
Tak sanggup mengucap
Dan hanya bisa menyembunyikan
Ketika hati ingin berteriak
Meronta dan meraung saking tak tertahankan

Sesuatu ini tak ingin jadi objek hangat perbincangan
Akhirnya tetap saja akan begitu
Takan merubah apapun
Tetap tak akan dimengerti

Si keras ini punya hati, kawan
Bukan bahan olokan dan limbahnya hinaan
Apa yang nampak pada luaran
Tak tentu sama dengan  yang ia rasakan

Hanya memohon pengertian
Tak selalu opinimu benar
Juga kemutlakan opiniku salah
Hanya karena wujudku yang hitam

Sesuatu ini tak ingin jadi objek hangat perbincangan
Akhirnya tetap saja akan begitu
Takan merubah apapun
Tetap tak akan dimengerti


#Inggrit #Amedia #InggritAmedia #puisi 


Minggu, 13 April 2014

RISET UNDIP


Pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat  kata yang tak lekang oleh waktu, tak sirna oleh masa. Berdiri kokoh menjadi landasan bagi yang katanya perguruan tinggi. Singkat namun padat deskripsi. Bagi mereka yang bernaung di bidang riset dan pengabdian masyarakat, apakah pesan itu tidak cukup menantang?
Secara normatif kementerian Riset, lembaga riset fakultas, dan jurusan dibentuk untuk menunjang visi undip, menjadi universitas riset unggul 2020. Namun jika kita telaah lebih dalam lagi, lembaga-lembaga riset itu dibentuk karena kesadaran. Ya, kesadaran untuk mengimplementasikan landasan itu sendiri. Karena sesungguhnya riset adalah penting, dan untuk mengabdi kepada masyarakat kita butuh penelitian.

Ketika ditanyai mengenai “apakah kamu meriset di lembaga riset?” banyak dari mereka mengatakan tidak, mengapa, karena lembaga risetpun menjelma menjadi EO (Event Organizer). Sekarang coba diingat kembali, mereka yang masuk ke bagian PSDM, ya jelas mereka mengkader, mikat jelas menyalurkan minat dan bakat, dimas jelas terjun langsung mengabdi kepada masyarakat, ekobis jelas mencari sumber dana lembaga. Oleh karena itu, selain memberikan fasilitas riset, periset, dan meriset, lebih baik jika lembaga riset itu sendiri dapat menghasilkan produk dari hasil riset mereka. Dan kabar baik yang penulis dapatkan adalah anggota lembaga riset kini telah mengorientasikan kesana. RIC salah satunya.

Masyarakat FSM (Fakultas Sains dan Matematika) telah sadar akan posisinya sebagai fakultas sains, penelitian berkelanjutan, program pelatihan LKTI, dan kegitan “keriset-an” gencar diadakan. RIC sebagai satu-satunya lembaga riset tingkat fakultas diharapkan menjadi kiblat untuk seluruh lembaga riset jurusan di FSM. RIC menjalin hubungan dengan lembaga riset lainnya baik di fakultas, universitas, atau universitas lain sehingga terjalin sinergisitas. Lagi-lagi, apakah sinergisitas menjadi penting saat setiap elemen ingin menjadi kepala? Egolah yang menjadikan setiap elemen ini tidak dapat berintegrasi satu dengan lainnya. Disaat banyak ingin dan impian dari suatu lembaga, kemudian lembaga yang lainnya merasa paling tinggi dan harus diikuti, kemungkinan besar tidak dapat disatukan. Keduanya bertolak belakang. Namun selalulah ada jalan dari setiap konflik. Bukankah tujuan kita sama, membuat undip tersenyum? Tentu !


UNDIP KINI semakin menebar virus riset, lembaga riset diprioritaskan, bahkan birokrasi FSM mendukung setiap kegiatan riset mahasiswanya. Hal inilah yang mestinya dimanfaatkan, ketika dari atas sudah membukakan pintu, maka menjadi tugas lembaga riset adalah merangkul sebanyak mungkin masa untuk turut serta, sehingga kekuatan mencapai visi menjadi lebih besar. Tidak peduli dibidang apapun, lembaga riset manapun, tujuan kita adalah sama, maka bersatu akan lebih baik, jika tidakpun, kita akan sama-sama berjalan, meskipun dengan cara yang berbeda. \
#Inggrit #Amedia #InggritAmedia #riset #UNDIP

BIOTRANSFORMASI LOGAM KADMIUM (Cd)

sumber gambar http://www.childrensministryleader.com/wp-content/uploads/2014/11/transformation-2.jpg
Logam berat umumnya berasal dari proses alam atau akibat kegiatan manusia. Proses alam seperti perubahan siklus alamiah mengakibatkan batuan-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan (Suhendrayatna, 2001).Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala, unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan titik lelehnya berturut-turut 765oC dan 320,9oC.

Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu yang panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khusunya hati dan ginjal. Kadmium juga merupakan logam berat yang bersifat toksik bagi sebagian besar organisme. Pada tumbuhan, kadmium dapat menghambat pertumbuhan dengan menginduksi terjadinya oksidasi sitokinin oleh sitokinin oksidase sehingga aktivitas sitokinin terhenti serta mempengaruhi aktivitas enzim peroksidase yang berperan dalam berbagai fungsi seluler.

Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industri dan teknologi, terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga sebagai pengontrol sampah atau limbah buangan. Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus ferrooxidans merupakan salah satu mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logam-logam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah didrainase dengan pH lingkungan masam, termasuk logam kadmium (Cd).

Peran bakteri Thiobacillus ferrooxidans  dalam mempengaruhi proses mobilisasi atau inmobilisasi unsur-unsur toksik logam Kadmium adalah melalui beberapa mekanisme berikut : (1). Kelat unsur oleh proses metabolisme; (2). Oksidasi-reduksi logam yang dipengaruhi daya larut atau valensi; (3). Perubahan pH yang mempengaruhi sifat ion, biosorpsi oleh kelompok fungsional pada permukaan sel; (4). Bioakumulasi oleh sistem transport energi; (5). Immobilisasi untuk membentuk bahan stabil, biometilasi, dan biodegradasi kompleks organik pada logam. Sebagai ilustrasi disajikan mekanisme pengolahan logam oleh mikroorganisme (Gazso, 2001).

#inggrit #amedia #inggritAmedia #biotranformasi #logam #cd #cadmium

Sabtu, 12 April 2014

Kaderisasi Kini : Bukan Fisik TAPI Hati


Dunia perpolitikan kini semakin membingungkan, saling menjatuhkan dan semakin mengagungkan diri. Janji sampah, pencitraan tak berhenti namun tetap tanpa prestasi. Masyarakat dijadikan bingung dengan pemberitaan yang diada-ada, dan dijualbelikannya lembaga survey. Dari semua dilema itu ada satu hal yang masih menjadi tanda tanya mahabesar dalam benak saya, bagaimanakah cara yang tepat untuk mengkader dimasa kini? Entahlah!

Benar jika mengkader kini semakin sulit. Metode, konsep, langkah-langkah yang diatur sedemikian menjadi tidak relevan lagi untuk diaplikasikan. Saya pribadi menentang budaya turunan itu. Tapi bagaimana lagi, setelah dipertimbangkan lagi ternyata memang itulah satu-satunya cara yang paling berhasil.

Organisasi yang memiliki model seperti himpunan, badan eksekutif, rohis, atau kelompok studi sekalipun tentu membutuhkan kader untuk melanjutkan eksistensi mereka. Tentu saja mengkader adalah hal wajib. Permasalahnnya semakin rumit ketika si organisasi sudah tak mendapat restu birokrasi dan yang paling rumit adalah cara agar pengkader dapat bersahabat dengan yang akan dikader.

Sejak tadi siang setelah menghadiri acara keluarga Biologi benak saya masih saja tertuju pada satu scene, setelah sekian lama proses ppm selesai, sepertinya masih terpatri pengalaman 6bulanan itu. Image yang sempat diatur dulu ternyata masih membekas. Akhirnya si antagonis tetaplah antagonis. Bukan sekedar rasa bersalah, tapi ketakutan yang seingkali muncul secara tiba-tiba.

Jujur saja jika dulu boleh memilih, saya akan lebih memilih menjadi kakak pembimbing. Atau bahkan tidak terlibat sama sekali.  Mengapa demikian? Menjalankan peran itu sama saja dengan menabung dosa setiap detiknya. setiap perkataan yang saya ucapkan dan perbuatan yang saya lakukan untuk suatu tujuan tetentu bisa jadi bukan seperti yang mereka terima, sehingga muncullah respon respon negatif, atau bahkan kedengkian yang berakhir penyumpahan. Saya tak tau, dan sungguh itulah yang saya khawatirkan.

Kaderisasi harus tetap berjalan meski harus tergopoh dan semakin tak diterima. Salah satu cara yang mungkin bisa memperbaiki keadaan adalah menghilangkan budaya lama. Warisan lama yang “katanya” sudah baku dan tak dapat diubah, terpaksa harus dirombak. Mengapa tidak, itulah jalan satu-satunya. SDM kian berkembang, pikiran mereka tak akan sama sehingga tidaklah cocok dengan sistem kaderisasi yang kaku. Analaoginya seperti batang pohon, dia memiliki tekanan turgor, jika dindingnya tidak fleksibel maka tak akan sanggup menahan tekanan itu.

Saya sangat berharap kalian menemukan cara yang tepat bagaimana seharusnya kita mengkader. Tidak ada lagi sakit hati, tidak pula rasa bersalah. Itu tugas kita bersama, siapapun yang tau lebih dulu, silahkan bagikan, silahkan aplikasikan. Saya bangga melihat kalian lebih baik dari kami, melihat kalian lebih kompak dari kami, melihat bakat kalian lebih kece dari kami, melihat kalian berkembang, mendengar kehebatan kalian, menyaksikan semua itu adalah kebahagian adik-adiku.

Saya menyayangi kalian tidak terkecuali seorangpun...

Sungguh !


#inggrit #amedia #inggritAmedia #ppm #mahasiswa #baru #kaderisasi