Senin, 01 Februari 2016

Psikotes ! A Story Behind & Here I’ve a Power Failure Often


Sistem seleksi dari semua perusahaan yang saya apply selalu diawali dengan psikotes. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, saya lemah dalam bidang numerik dan gambar berdimensi. Meskipun sudah dijejali dengan buku-buku psikotes setebal bantal, tetap saja mendapati kesulitan ketika bertemu hal semacam itu dalam tes.

Dalam hal ini, tetiba saya teringat seorang teman sekolah. Sebut saja Harum namanya. Saya, Harum, dan tiga teman lainnya kalau tidak salah, dipanggil bersama guru bimbingan konseling (BK) perihal hasil psikotes dan penjurusan bidang. Disana, diruangan guru kami, Harum menangis melihat angka IQ dan dirujuk untuk mengambil jurusan IPS. Sedangkan, kami sudah dipetakan sejak awal melalui sistem seleksi untuk masuk kelas unggulan (sebutan yang agak lebay memang). Yaitu kelas dengan kapasitas 40 orang siswa yang tidak akan pernah berubah formasinya, dengan sejumlah kelas tambahan, yang otomatis akan masuk ke kelas 11 IPA 1, dilanjutkan dengan 12 IPA 1, dan dengan segala perangkat di dalamnya. Harum terlihat terperih-perih tetapi dengan usaha terbaiknya meyakinkan guru kami bahwa dia pasti akan bisa mengikuti sistem yang berlaku dan bersaing dengan baik. Dan apa yang terjadi, setiap pembagian hasil belajar, Harum menjadi peringkat satu di kelas 12, dengan tanpa pernah keluar dari golongan 10 besar di kelas sebelumnya. Terlebih, Harum juga populer di sekolah karena aktif dalam beberapa kegiatan ekstrakulikuler.

Mungkin hitungannya lancang jika saya pernah berpikir apakah psikotes benar-benar ampuh untuk mendapatkan orang terbaik. Ibaratnya, apapun bidang kerjanya nanti, kita harus bisa lolos dulu dari jaring mengerikan bernama psikotes. Tetapi kembali lagi, pakarnya pasti lebih mengerti, dengan diaplikasikannya sistem yang serupa pada banyak perusahaan saja sudah dapat mendeskripsikan bahwa itulah sistem rekrutmen terbaik.


Pada intinya, saya harus menambah kuantitas dan memperbaiki kualitas 3b. Berdoa, belajar, berusaha. 

“Let us, then be up and doing, with a heart for any fate. Still achieving, still pursuing, learn to labour and to wait”
-Henry Wadsworth Longfellow-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar