DAFTAR
ISI
BAB I PPENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Rumusan Masalah ......................................................................................... ..... 2
Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Streptococcus mutans............................................................................... 3
2.2. Pembagian Streptococcus mutans ............................................................. 4
2.3. Habitat Streptococcus mutans................................................................... 5
2.4. Metabolisme Streptococcus mutans
.......................................................... 5
2.5. Peran Streptococcus mutans
..................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan .................................................................................................... 11
3.2. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Rongga mulut terdiri atas jaringan keras
dan jaringan lunak. Lidah merupakan organ otot yang bergerak yang terletak di
dalam rongga mulut dan setengahnya lagi terletak di oropharinx. Bentuk anatomis
lidah dengan banyak papilla dan adanya fisura di bagian tengah, serta letak
anatomisnya, menyebabkan banyak sekali bakteri bersembunyi di bagian dorsal.
Lebih dari 100 bakteri ditemukan melekat pada setiap sel epitel terlepas yang
ada di permukaan dorsal lidah, dan salah satu bakteri tersebut adalah golongan Streptococcus.
Streptococcus
mutans dikemukakan pertama kali oleh Jk Clark pada tahun
1924 setelah ia mengisolasinya dari suatu lubang luka tetapi sampai pada tahun
1960-an mikroba tersebut tidak ditemukan. Mikroba tersebut dihasilkan ketika
peneliti mulai belajar kerusakn pada gigi.
Secara biokimia sangat serupa tetapi setelah membawa juru gambar
antigenic berbeda, semuanya menjadi 7 serotypes yaitu a, b, c, d, e, f dan g
yang diuraikan.
Streptococcus
mutans merupakan bakteri Gram positif, yang mampu
menghasilkan asam. Sifat kariogenik bakteri ini dihubungkan dengan berbagai
faktor, seperti dextran, dan mampu memproduksi asam pada
plak. Bakteri Streptococcus
mutans telah diakui di dunia kedokteran gigi sebagai penyebab utama
terjadinya karies gigi, sehingga banyak penelitian difokuskan pada spesifikasi
bakteri ini. Penelitian-penelitian itu dimaksudkan untuk memperoleh bahan
pencegahan penyakit karies gigi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri yang mendapat
perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan karies
gigi. Karies
gigi merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan demineralisasi, kavitasi, dan
hancurnya jaringan keras gigi oleh aktivitas bakteri. Bakteri ini memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan
formasi rantai panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti Brain
Heart Infusion (BHI) Bort, sedangkan bila ditanam di media agar memperlihatkan
rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1. Bagaimana karakteristik dan klasifikasi bakteri Streptococcus mutans?
1.2.2. Apa sajakah
jenis-jenis bakteri Streptococcus mutans?
1.2.3. Ditempat manakah
bakteri Streptococcus mutans dapat
tumbuh?
1.2.4.
Bagaimana proses metabolisme yang terjadi pada bakteri Streptococcus mutans?
1.2.5. Bagaimana peran
bakteri Streptococcus mutans bagi kehidupan
manusia?
1.3.Tujuan
1.3.1. Mengetahui
dan mempublikasi karakteristik morfologi dan klasifikasi bakteri Streptococcus mutans
1.3.2. Mengetahui
dan mempublikasi pembagian bakteri Streptococcus
mutans
1.3.3. Mengetahui
dan mempublikasi habitat bakteri Streptococcus
mutans
1.3.4. Mengetahui
dan mempublikasi metabolisme pada bakteri Streptococcus
mutans
1.3.5. Mengetahui
dan mempublikasi peran bakteri Streptococcus
mutans
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Streptococcus mutans
Streptococcus mutans termasuk
kelompok Streptococcus viridans yang merupakan anggota floral normal rongga
mulut yang memiliki sifat α-hemolitik dan
komensal oportunistik. Streptococcus mutans merupakan bakteri
yang paling penting dalam proses terjadinya
karies gigi. Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi
oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk kokus dengan
formasi rantai panjang apabila ditanam
pada medium yang diperkaya seperti
pada Brain Heart Infusion
(BHI) Broth, sedangkan bila
ditanam di media agar akan memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak
beraturan. Streptococcus mutans
tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob.
2.1.1.
Morfologi dan Klasifikasi
Sel
Streptococcus mutans berbentuk
bulat & oval serta merupakan kokus gram positif. Koloni Streptococcus mutans, tampak gambaran
yang berpasangan atau membentuk rantai, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positf (+), bersifat
non motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 µm, bakteri anaerob fakultatif. Tersusun
seperti rantai dan tidak membentuk spora.
Ciri
khas bakteri ini adalah kokus tunggal
berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. Kokus
membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang gigi. Anggota-anggota
rantai sering tampak sebagai Diplococcus,
dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi
dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptococcus bersifat gram-positif. Namun, ada biakan tua dan
bekteri yang mati, bakteri ini menjadi gram negative, keadaan ini dapat terjadi
jika bakteri dieramkan semalam.
Klasifikasi Streptococcuss mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah
:
Domain
:
Bacteria
phylum :
Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Lactobacilalles
Family :
Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
2.2.
Pembagian Streptococcus mutans
Menurut Capuccino (1998), Streptococcus mutans dibagi atas tiga
bagian berdasarkan serotipenya yaitu:
a.
Serotype c dari plak manusia
b.
Serotype e dari karies gigi
c.
Serotype f dari plak anak yang memiliki resiko karies tinggi
Streptococcus
mutans serotype c merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai pada saliva dan plak. Prevalensinya mencakup 75-90%, sementara serotype e 10-20% dan serotype f hanya
beberapa persen.
2.3.
Habitat Streptococcus mutans
Bakteri
ini tumbuh secara
optimal pada suhu sekitar
180C – 400C. Streptococcus
mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi
manusia yang luka dan menjadi
bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. Streptococcus mutans adalah
bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam asidurik, mampu
tinggal pada lingkungan
asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket yang disebut
dengan dextran. Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus
mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi,
lengket mendukung bakteri–bakteri lain,
pertumbuhan bakteri asidodurik
yang lainnya, dan asam melarutkan email gigi.
2.4.
Metabolisme
Secara umum, Streptococcus mutans
dikenal karena kemampuannya untuk mensintesi polosakarida ekstraseluler dari
sukrosa, mengalami agregasi sel ke sel ketika bercampuhr dengan sukrosa atau
dekstran, dapat berkembang dengan lingkungan yang mengandung antibiotik
sulfadimentin dan bacitracin serta dapat memfermentasi manitol dan sorbitol.
Bakteri
ini mempunyai metabolisme yang bersifat anaerob. Jika bakteri ini ditanamkan
didalam media yang solid, maka bakteri ini akan
berbentuk kasar, runcing, dan berkoloni mukoid. Dalam proses tumbuh
kembangnya akan membentuk CO2 jika
dilakukan inkubasi didalam suhu 37o selama 48 jam.12Dalam rongga mulut,
S.mutans pada umumnya hidup pada permukaan yang keras dan juga solid.
Permukaan-permukaan tersebut antara lain
adalah permukaan gigi, gigi tiruan, ataupun alat ortodonti cekat. Habitat utama Streptococcus
mutans ini adalah di permukaan gigi, namun mereka tidak dapat tumbuh secara
bersamaan pada seluruh permukaan gigi, melainkan hanya tumbuh pada permukaan gigi tertentu saja.
Sedangkan secara khusus S.mutans mempunyai sifat dapat bertahan
hidup di lingkungan yang asam (asidurik)
dan dapat menghasilkan asam (asidogenik).
Bakteri ini memanfaatkan enzim glucosyltransferase
(GTF) dan fructosyltransferase (FTF)
untuk mengubah sukrosa menjadi polisakarida glukan (dekstran) dan fruktan
(levan). Glukan merupakan sumber makanan utama bakteri, sedangkan fruktan
membantu adhesi dan agregasi baketri dalam pembentukan plak.
Sukrosa adalah satu-satunya jenis gula
yang dapat dimanfaatkan oleh S. Mutans
untuk membentuk polikel. Sebaliknya, banyak jenis gula, seperti glukosa,
fruktosa, laktosa dan sukrosa dapat dicerna oleh S.mutans untuk menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir. Kombinasi dari kedua
hal ini, dapat mengarah ke pembentukan karies gigi.
2.5.
Peran terhadap Manusia
2.5.1. Manfaat
Streptococcus
mutans adalah bakteri yang ditemukan di
mulut, berfungsi mengubah sukrosa (gula) menjadi asam laktat.
2.5.2.
Kerugian
Salah
satu penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans
adalah karies gigi. Ada
beberapa hal yang menyebabkan
karies gigi bertambah parah adalah gula,
air liur, dan
juga bakteri pembusuknya. Setelah mengkonsumsi sesuatu yang
mengandung gula, terutama
adalah sukrosa, dan
bahkan setelah beberapa menit
penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai
pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta bakteri
yang dikenal sebagai Streptococcus mutans
juga bertahan pada
glikoprotein tersebut. Walaupun banyak bakteri lain yang juga
melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan rongga atau lubang
pada gigi.
Pada
langkah selanjutnya, bakteri
menggunakan fruktosa dalam
suatu metabolism glikolisis untuk
memperoleh energi. Hasil
akhir dari glikolisis
di bawah kondisi anaerob adalah
asam laktat. Asam
laktat ini menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk
menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapat menghancurkan zat
kapur fosfat di
dalam email gigi
mendorong kearah
pembentukan suatu rongga
atau lubang. Streptococcus
mutans ini mempunyai suatu enzim yang disebut glucosyl transferase diatas permukaannya yang
dapat menyebabkan polimerisasi glukosa pada
sukrosa dengan pelepasan dari
fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang
tinggi yang terdiri
dari ikatan glukosa
alfa (1-6) alfa
(1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut
dalam air. Hal ini dimanfaatkan
oleh bakteri streptococcus mutans
untuk berkembang dan membentuk plak gigi. Enzim yang sama
melanjutkan untuk menambahkan banyak molekul
glukosa ke satu
sama lain untuk
membentuk dextran yang
memiliki struktur sangat mirip
dengan amylase dalam
tajin. Dextran bersama
dengan bakteri melekat dengan erat pada enamel gigi dan menuju ke
pembentukan plak pada gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan rongga atau
lubang pada gigi yang disebut dengan karies gigi
Streptococcus
mutans
melekat pada permukaan gigi dengan
perantara glukan, dimana produksi
glukan yang tidak
dapat larut dalam
air merupakan faktor virulensi
yang penting, glukan
merupakan suatu polimer
dari glukosa sebagai hasil
reaksi katalis glucosyltransferase. Glukosa
yang dipecah dari sukrosa dengan
adanya glucosyltransferase dapat
berubah menjadi glukan. Streptococcus mutans
menghasilkan dua enzim,
yaitu glucosyltransferase dan fruktosyltransferase. Enzim-enzim
ini bersifat spesifik
untuk substrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan
dan fruktan atau levan.
Koloni Streptococcus mutans
yang ditutupi oleh glukan
dapat menurunkan proteksi
dan daya antibakteri
saliva terhadap plak gigi (Regina, 2007).Plak dapat
menghambat difusi asam
keluar dalam saliva
sehingga konsentrasi asam pada
permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion hidrogen yang
bereaksi dengan kristal
apatit dan merusak enamel, berpenetrasi lebih dalam ke dalam gigi
sehingga kristal apatit
menjadi tidak stabil dan
larut (Carvalho dan Cury, 1999;
Regina, 2007). Selanjutnya infiltrasi bakteri
aciduric dan acidogenik pada
dentin menyebabkan dekalsifikasi dentin
yang dapat merusak gigi. Hal ini
menyebabkan produksi asam meningkat, reaksi pada kavitas oral juga menjadi asam
dan kondisi ini akan menyebabkan proses demineralisasi gigi terus
berlanjut (Regina, 2007).
Perlekatan bakteri karena adanya
reseptor dextran pada permukaan dinding sel, sehingga mempermudah interaksi
intersel selama formasi plak.
Dextran berhubungan dengan
kariogenik alami bakteri (Regina, 2007). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berkembang dalam
suatu plak, yang
virulensinya tergantung koloni
dan produk-produk yang dihasilkan bakteri (Steinberg dan Eyal,
2001).
Peranan S.mutans
dalam pembentukan karies
Karies merupakan
suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan pada jaringan keras gigi yaitu pada
enamel, dentin, dan sementun gigi yang
disebabkan oleh aktivitas bakteri. Prosesnya dimulai dari demineralisasi gigi secara langsung yang
disebabkan oleh adanya asam laktat dan asam organik lain yang tertumpuk atau
terakumulasi didalam permukaan gigi melalui plak. Mekanisme patogen dari
bakteri ini dimulai dengan adanya proses erosi dari hidroksiapatit yang
merupakan mineral dari enamel.
Dimineralisasi ini dikarenakan oleh asam laktat, dimana asam laktat merupakan
hasil akhir metabolisme dari pertumbuhan
S.mutans. Konsentrasi
destruksi yang signifikan dari asam ini membutuhkan akumulasi yang banyak dari
Streptococcus asidogenik dalam plak gigi. Proses akumulasi diawali oleh
aktivitas extracellular glucosyltransferase (GTF) yang disekresikan oleh S.mutans.
Maka dari itu, dengan adanya sukrosa, GTF akan mensintesis beberapa glukan
ekstraseluler dengan berat molekul tinggi. Polimer glukosa ini akan membantu
agregasi dari Streptococcus lainnya
melalui interaksi protein ikatan glukan (glucan binding protein). S.mutans merupakan penghasil asam laktat
yang paling banyak dalam proses akumulasi ini meskipun pH yang rendah dari
bakteri lainnya juga memberikan kontribusi.
Proses terjadinya
karies ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi yang diikuti dengan
kerusakan bahan organiknya. Demineralisasi terjadi ketika karbohidrat yang
dikonsumsi difermentasi oleh bakteri dalam plak sehingga menghasilkan asam
laktat. Adanya pembentukan asam akan menurunkan pH plak gigi di bawah nilai pH
kritis yaitu 5,2-5,5.16. Hal ini menimbulkan kerusakan enamel yang ditandai
adanya pelepasan ion kalsium dan fosfat serta meningkatkan daya larut kalsium
hidroksiapatit pada jaringan keras gigi. Ion hirogen dari asam laktat sebagai
hasil metabolime plak berdifusi ke dalam enamel dan mengakibatkan enamel
kehilangan mineral. Proses remineralisasi bersamaan dengan proses
demineralisasi. Pada proses remineralisasi, mineral yang diperlukan berasal
dari saliva dan pasta gigi yang mengandung fluor. Pembentukan kavitas patogenik
pada permukaan gigi akan terjadi apabila proses demineralisasi lebih dominan
daripada proses remineralisasi.Penggunaan obat kumur telah dilakukan pada
anak-anak untuk mencegah pertumbuhan S.mutans. Penelitian di Swedia
memperlihatkan pemberian klorheksidin pada kelompok anak yang berumur rata-rata
3 tahun dapat mencegah pertumbuhan Streptooccus
mutans. Streptococcus mutans dpat membentuk plak, plak merupakan suatu
tempat dimana mikroorganisme tertanam dalam matriks polimer bakteri dan produk
saliva diatas permukaan gigi. Plak yang terus-menerus terkalsifikasi, akan
berubah bentuk menjadi kalkulus atau tartar. Plak pada permukaan gigi dapat
dilihat dengan melakukana proses rinsing dengan menggunakan disclosing solutioin
seperti erythrosine. Plak banyak
ditemukan di permukaan gigi bagian fissur, approximal, dan gingival crevice.
Pembentukan plak
diawali dengan bakteri aerob yang pertama kali melekat pada permukaan pelikel
adalah bakteri Streptococcus sanguis dan
kemudian diikuti oleh bakteri lainnya.
Perlekatan awal bakteri ini terhadap hidroksiapatit sangat lemah dan bersifat
reversible, sehingga bakteri tidak membentuk koloni. Setelah Streptococcus mutans serotype c
mensintesis dekstran ekstraseluler dari sukrosa, perlekatan dan agregasi bakteri
terhadap permukaan enamel terjadi dan kemudian diikuti dengan peningkatan kolonisasinya.
Terjadinya agregasi bakteri ini, dikarenakan adanya reseptor dekstran pada
permukaan dinding sel bakteri. Reseptor spesifik yang terdapat pada permukaan
gigi juga membantu bakteri ini untuk
melekat pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan terjadinya interaksi
antar sel selama pembentukan plak. Peningkatan kolonisasi ini, terjadi
karena agregasi bakteri melalui tiga dasar interaksi sel. Interaksi yang
terjadi meliputi perlekatan bakteri pada permukaan gigi, perlekatan homotipik
antar sesama sel, dan perlekatan heterotipik antar sel yang berbeda.
Streptococcus
mutans pada plak memetabolisme sukrosa menjadi asam dalam waktu yang lebih
cepat dari pada bakteri lain. Koloni Streptococcus
mutans ditutupi oleh glukan atau dekstran yang dapat mengurangi aktifitas
anti bakteri pada saliva terhadap plak gigi. Plak dapat menghambat difusi asam
ke saliva dan sebagai hasilnya konsentrasi asam menjadi tinggi di permukaan
enamel. Kondisi ini akan menyebabkan demineralisasi gigi terus berlanjut yang
merupakan proses awal terjadinya karies.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Streptococcus
mutans merupakan bakteri gram positf (+), bersifat non
motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 µm, bakteri anaerob fakultatif. Tersusun
seperti rantai dan tidak membentuk spora.
Berdasarkan tipe serotipenya, Streptococcus
mutans dibagi atas tiga bagian yaitu Serotype c dari plak manusia, serotype
e dari karies gigi, serotype f dari plak anak yang memiliki resiko karies
tinggi. Habitat Streptococcus mutan
adalah di rongga gigi manusia yang luka. Metabolisme pada bakteri ini bersifat
anaerob dengan cara mengubah gula menjadi asam laktat sebagai produk akhir.
Bakteri Streptococcus mutans menguntungkan kerena dapat mengubah gula
menjadi asam laktat, disamping itu juga merugikan karena dapat menimbulkan
penyakit karies gigi.
3.2.
Saran
Terbentuknya karies gigi oleh bakteri Streptococcus mutans dapat dicegah
dengan cara menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi yang
mengandung sylitol. Selain itu juga harus menjaga pola makan agar terhindar
dari plak gigi dan penyakit-penyakit gigi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Capuccino, 1998, Microbiologi Bakteri Streptococccus mutans,
queenofsheeba.wordpress.com
Dirks, B.O., Helderman, W.H.P., Veld,
J.H.J., 1993, Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan, UGM, Yogyakarta
Edwina, Joyston S. Dasar-dasar karies. Alih bahasa : Sumawinata N. Jakarta: EGC ;
1992. pp. 4.
Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit 3rd ed.
Jakarta: EGC ; 1995, pp. 564-6.
Jawetz E,
Melnink J, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran
20th ed. Jakarta: EGC ; 1996. pp. 190-1, 218-33.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg,
E.A., 1986, Mikrobiologi
Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta
Kidd, E.A.M., dan, Bechal, S.J., 1991, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, EGC, Jakarta
Pintauli S,
Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat.
Medan: USU press; 2008. pp. 4-8.
Roeslan BO. Karakteristik
streptococcus mutans penyebab karies gigi. Majalah
Ilmiah FKG Usakti 1995; 10 (29-30): 112-25.
Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1990, Mikrobiologi Dasar jilid 2, Erlangga,
Jakarta
DAFTAR
GAMBAR
#inggrit #amedia #inggritAmedia #streptococcus #mutans #makalah #mikrobiologi
boleh nggak minta, soalnya butuh refrensi penelitian saya.,.???
BalasHapus