I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Obat merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan
ini. Setiap harinya, sepersekian makhluk hidup di dunia bisa sakit. Tentunya,
yang menjadi ujung tombak adalah obat. Dewasa ini, kandungan dalam obat masih
didominasi oleh bahan-bahan kimia. Walaupun sedang mengarah ke obat-obatan
herbal. Mengapa bisa terjadi demikian? Salah satu jawabannya adalah karena tanaman
obat mengandung sekelompok zat aktif, yang secara kimia berbeda-beda rumus
molekulnya. Oleh karena itu jika salah satu bagian tumbuhan obat itu digunakan,
maka zat-zat aktif tersebut saling berinteraksi, sehingga khasiat yang
ditunjukkan adalah merupakan hasil akhir (resultante) antar aksi zat-zat aktif
tersebut. Selain itu, efek samping yang didapatkan lebih rendah resikonya
daripada obat-obatan kimia. Oleh karena itu, penting kiranya untuk mengkaji
lebih dalam tentang obat herbal itu. Bidang ilmu yang tepat adalah biologi
tanaman obat (BTO). Oleh karena itu dirasa perlu untuk mencari tahu lebih dalam
tentang tanaman obat sebagai penunjang kesehatan global,
PT. Sido Muncul menjadi tempat yang dipilih, karena
kapasitasnya sudah tidak diragukan lagi, selain sejalan dengan bidang ilmu
penulis saat ini, juga karena eksistensinya sebagai perusaan jamu modern tak
terbantahkan.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana
cara penanganan pasca panen simplisia tanaman obat PT. Sido Muncul dan
bagaimana urgensi tanaman obat dimasa mendatang?
1.3.Tujuan
Mengatahui
dan mempublikasikan cara penanganan
pasca panen simplisia tanaman obat PT. Sido Muncul dan memahami pentingnya
tanaman obat serta prospek ilmu dimasa mendatang.
II.
PEMBAHASAN
Kegiatan yang dilaksanakan pada
Kamis, 30 Mei 2013 merupakan kegiatan studi ke suatu perusahaan obat ternama di
daerah Ungaran,yaitu PT. Sido Muncul. Perjalanan dapat ditempuh selama kurang
lebih 1 jam dari area kampus Universitas Diponegoro. Singkat cerita, di muka
perusahaan, dijaga cukup ketat oleh petugas, sesampainya di area produksi, bagian
humas perusahaan menyambut kedatangan dengan berbagai pengantar sebekum studi
dilakukan. Berikut hasil studinya :
2.1. Selayang Pandang Sido Muncul
Sido Muncul merupakan perusahaan yang didirikan sejak tahun 1951. Berawal
dari sebuah usaha jamu rumahan hingga menjadi sebuah perusahaan nasional yang
populer, tidak hanya dalam jamu, namun produk-produk lainnya. Sido Muncul yang
penulis kunjungi (pabrik baru) berlokasi di Klepu, Kec. Bergas, Ungaran, dengan
luas 29 ha diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia, dr. Achmad Sujudi pada tanggal 11 November 2000. Untuk menangani
permintaan pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai dilengkapi dengan
mesin-mesin modern. Menurut situs resmi PT. Sido Muncul (www.sidomuncul.com), saat
peresmian pabrik, Sido Muncul sekaligus menerima dua sertifikat yaitu Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang menjadikan PT. Sido Muncul
sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Untuk menjamin kualitas
setiap produknya, saat ini PT. Sido Muncul sudah memiliki perlengkapan yang
beragam, dari yang paling sederhana sampai yang modern. Selain itu, PT. Sido
Muncul memiliki delapan laboratorium (laboratorium Instrumentasi, Mikrobiologi,
Farmakologi, Formulasi,Farmakognosi, Stabilitas, Kultur Jaringan, dan Analisis
Kimia) yang disana dilakukan pengujian-pengujian pada produk. Baik itu uji awal
sebelum distribusi, uji kelayakan produk, riset dalam skala kecil sebelum
meluncurkan produk baru, sampai uji setelah produk beredar saat ada komplain
dari konsumen. Semua berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2.2.Tahapan Produksi
Dasarnya, semua hasil
produksi yang sudah rapi dikemas berasal dari satu pintu, yaitu gudang bahan
baku. Di lokasi ini, bahan baku dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
simplisia dan non-simplisia. Bahan baku simplisia adalah bahan baku yang
memerlukan penanganan terlebih dahulu, contoh simplisia adalah akar tanaman,
bunga, buah, dan biji. Sampai saat ini, ada kurang-lebih 100 jenis bahan baku
yang dimanfaatkan oleh Sido Muncul. Bahan simplisia kering seperti jati
belanda, sirih, alang-alang, kencur, jahe, daun dewa, kumis kucing, temulawak
jahe merah, dll. Bahan baku non simplisia seperti susu, kopi, gula, madu, dll.
Bahan baku simplisia
tersebut diatas didatangkan langsung dari daerah setempat. Namun, ada beberapa
yang didatangkan dari luar Jawa dengan alasan jika ditanam di daerah jawa tidak
bagus, atau justru akan menurunkan kualitas produk. Penataan bahan baku
simplisia ini harus selalu terjaga suhu, kelembaban, pH, dll. nya. Dibawah
rak-rak diberi bantalan-bantalan khusus agar tidak mudah rusak. Sebenarnya,
sebelum masuk kedalam rak-rak itu, bahan
baku yang masuk harus di cek (Quality Control), namun, pengecekan disini masih
manual dan sederhana, yaitu masih dalam lingkup fisik. Parameternya adalah
kebersihan, ketepatan, kadar air, dst.
Setelah bahan baku
ditata, disekitar itu ada ruang mesin gerabah. Ruang itu berisi mesin yang
dapat digunakan memotong-motong gerabah, tujuannya untuk menyamakan bahan yang ada,
seperti kandungan airnya, ukurannya. Selanjutnya adalah penyortiran, berfungsi
untuk memisahkan bahan dari kotoran-kotoran yang melekat. Bahan akan dicuci,
dan diurutkan dari yang paling kecil ke yang paling besar. Urutan tersebut
menunjukkan kualitas bahan. Bahan akan di-press untuk diambil airnya.
Tahapan selanjutnya adalah Quality Control, dilakukan dalam skala loboratorium.
Bahan baku non-simplisia
merupakan bahan baku yang tidak perlu diolah terlebih dahulu. Bahan baku ini
seperti susu, kopi, gula pasir, madu, dll. Namun, pengawasan tetap ketat,
sampel harus diperiksa secara berkala. Kondisi lingkungan juga harus selalu
diperhatikan, seperti suhu, pH, kelembaban diatur sedemikian hingga agar
kondisinya tepat untuk bahan baku.
Bahan-bahan
baku tersebut akan diolah sesuai dengan spesifikasi produk akhirnya. Setelah
diolah, produk akan masuk kedalam ruang pengemasan. Pengemasan produk dibagi
menjadi dua, yaitu pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Pada proses
pengemasan primer, pertama kali, jamu dikemas dalam sachet. Menggunakan mesin yang operasinya lambat. Yaitu dalam satu
jam hanya ratusan sachet. Mesin tetap dipertahankan karena dinilai efisien.
Untuk pengemasan sekunder, dilakukan secara manual, yaitu oleh sumber daya
manusia. Sachet dimasukkan kedalam dus agar lebih higienis, aman, dan menarik.
Pengemasan secara sekunder ini bergantung pada kuantitas permintaan pasar.
Meskipun secara manual, namun tetap, selalu diperhatikan kualitasnya,
jangan sampai ada salah pengisian,
jumlah produk yang harus ada dalam kemasan, dan sebagainya. selain itu, agar
hasik kerja dari SDM tidak jauh dari hasil kerja mesin, maka karyawan diberikan
targetan seberapa banyak harus menghasilkan produk dalam setiap harinya.
Produk
minuman energi seperti kuku bima, kuku bima energi, kuku bima gingseng, kuku
bima TL dan produk bukan jamu dikemas diruang pengemasan sekunder. Produk kopi,
susu jahe, dan kopi tubruk jahe yang merupakan produk inovasi baru, dikemas
dengan menggunakan mesin yang leih canggih. Hasilnya bisa puluhan ratusan kali
dari pengemasan menggunakan tenaga sumber daya manusia. Karena merpakan produk
terbaru, maka diberikan daya tarik konsumen seperti dengan memberikan hadiah
gelas pada setiap kerdusnya.
Produk
tolak angin yang sudah jauh lebih maju dari produk lainnya mendapat perlakuan
khusus. Proses produksinya dilakukan dalam kondisi steril. Sebelum produk
sampai diruang produk jadi, produk disimpan selama 24 jam dalam ruang antara.
Disini, dilakukan pengecekan kebocoran,
tulisan miring, dan tes organoleptik oleh orang yang dipercaya.
Produk
diiolah ditempat yang berbeda sesuai dengan jenisnya masing-masing. Produk
serbuk seperti kuku bia, kopi,
alangSari, kopi, dsb. Diolah dalam satu tempat. Produl tablet berbeda sendiri,
produk jenis permen ditempatkan tersendiri, begitu seterusnya.
Peran
dari laboratorium dalam produksi bermacam-macam, pada intinya adalah penelitian
dan pengembangan produk. Laboratorium formulasi berperan untuk membuat resep
pada produk. Lab formula biasanya memberikan inovasi pada sediaan baru, dari
bentuk serbuk, cair, tablet, dan permen. Sebelum sediaan baru diluncurkan,
dilakukan riset dulu oleh bagian formulasi. Laboratorium produksi akan menguji
coba produk yang akan dikeluarkan. Disini, dioperasikan mesin dalam ukuran
kecil produk diuji, dan setelah produk berhasil, maka diproduksi menggunakan
mesin yang lebih besar. Laboratorium uji stabilitas berperan dalam menentukan
tanggal kadaluarsa produk. Disini dilakukan uji dipercepat, sehingga akan
diketahui masa kadaluarsa dari satu produk. Laboratorium hewan akan menguji
coba produk pada hewan percobaan. Hewan yang digunakan adalah mencit, karena
mencit memiliki banyak kesamaan dengan manusia. Sehingga efek diketahui dan
ditentukan apakan layak dikonsumsi oleh masyarakat luas atau tidak.
2.3. Pengolahan Limbah
Sebagai
perusahaan yang bahan bakunya tanaman, PT. Sido Muncul tidak ingin kehadirannya
menghasilkan limbah yang dapat merusak alam, sehingga berupaya untuk
melestarikan aneka tanaman obat yang ada di Indonesia. Untuk menangani limbah
cair, di lokasi pabrik dipasang instalasi pengolahan air limbah sehingga air
limbah dapat diolah menjadi air yang bisa digunakan untuk menyirami tanaman.
Sedangkan limbah padat dari buangan sisa ekstraksi akan dilolah menjadi pupuk
organik , yang bisa digunakan untuk memupuk tanaman. Dari hasil penjualan pupuk
organik ini, perusahaan medapat keuntungan yang lebih besar dari produk
utamanya.
III.
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Penangan pasca panen simplisia
dimulai dari quality control secara kualitatif, meyimpan bahan baku ditempat
yang bersih, kondisi lingkungan yang tepat (suhu, temperatur, kelembaban),
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, kemudian dilakukan penyortiran,
Quality control skala laborarotorium, pengolahan sesuai dengan bentuk produknya
(serbuk, cair, permen, tabelet), setelah itu diakukan pengemasan (mesin atau
manual), pengambilan sampel utnuk diuji coba dan disimpan untuk diteliti
kembali saat ada kaluhan, kemuadian ada yang disimpan di ruang antara selama 24
jam, produk masuk ke ruang produk jadi, dan didistribusikan.
Tanaman
obat perlu dilestarikan untuk menjadi bahan baku obat herbal, karena saat ini
obat herbal lebih bersahabat dengan masyarakat.
3.2.Saran
Melestarikan
lebih baik daripada menyesali (setelah tidak ada lagi yang tersisa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar