Sabtu, 12 April 2014

Kaderisasi Kini : Bukan Fisik TAPI Hati


Dunia perpolitikan kini semakin membingungkan, saling menjatuhkan dan semakin mengagungkan diri. Janji sampah, pencitraan tak berhenti namun tetap tanpa prestasi. Masyarakat dijadikan bingung dengan pemberitaan yang diada-ada, dan dijualbelikannya lembaga survey. Dari semua dilema itu ada satu hal yang masih menjadi tanda tanya mahabesar dalam benak saya, bagaimanakah cara yang tepat untuk mengkader dimasa kini? Entahlah!

Benar jika mengkader kini semakin sulit. Metode, konsep, langkah-langkah yang diatur sedemikian menjadi tidak relevan lagi untuk diaplikasikan. Saya pribadi menentang budaya turunan itu. Tapi bagaimana lagi, setelah dipertimbangkan lagi ternyata memang itulah satu-satunya cara yang paling berhasil.

Organisasi yang memiliki model seperti himpunan, badan eksekutif, rohis, atau kelompok studi sekalipun tentu membutuhkan kader untuk melanjutkan eksistensi mereka. Tentu saja mengkader adalah hal wajib. Permasalahnnya semakin rumit ketika si organisasi sudah tak mendapat restu birokrasi dan yang paling rumit adalah cara agar pengkader dapat bersahabat dengan yang akan dikader.

Sejak tadi siang setelah menghadiri acara keluarga Biologi benak saya masih saja tertuju pada satu scene, setelah sekian lama proses ppm selesai, sepertinya masih terpatri pengalaman 6bulanan itu. Image yang sempat diatur dulu ternyata masih membekas. Akhirnya si antagonis tetaplah antagonis. Bukan sekedar rasa bersalah, tapi ketakutan yang seingkali muncul secara tiba-tiba.

Jujur saja jika dulu boleh memilih, saya akan lebih memilih menjadi kakak pembimbing. Atau bahkan tidak terlibat sama sekali.  Mengapa demikian? Menjalankan peran itu sama saja dengan menabung dosa setiap detiknya. setiap perkataan yang saya ucapkan dan perbuatan yang saya lakukan untuk suatu tujuan tetentu bisa jadi bukan seperti yang mereka terima, sehingga muncullah respon respon negatif, atau bahkan kedengkian yang berakhir penyumpahan. Saya tak tau, dan sungguh itulah yang saya khawatirkan.

Kaderisasi harus tetap berjalan meski harus tergopoh dan semakin tak diterima. Salah satu cara yang mungkin bisa memperbaiki keadaan adalah menghilangkan budaya lama. Warisan lama yang “katanya” sudah baku dan tak dapat diubah, terpaksa harus dirombak. Mengapa tidak, itulah jalan satu-satunya. SDM kian berkembang, pikiran mereka tak akan sama sehingga tidaklah cocok dengan sistem kaderisasi yang kaku. Analaoginya seperti batang pohon, dia memiliki tekanan turgor, jika dindingnya tidak fleksibel maka tak akan sanggup menahan tekanan itu.

Saya sangat berharap kalian menemukan cara yang tepat bagaimana seharusnya kita mengkader. Tidak ada lagi sakit hati, tidak pula rasa bersalah. Itu tugas kita bersama, siapapun yang tau lebih dulu, silahkan bagikan, silahkan aplikasikan. Saya bangga melihat kalian lebih baik dari kami, melihat kalian lebih kompak dari kami, melihat bakat kalian lebih kece dari kami, melihat kalian berkembang, mendengar kehebatan kalian, menyaksikan semua itu adalah kebahagian adik-adiku.

Saya menyayangi kalian tidak terkecuali seorangpun...

Sungguh !


#inggrit #amedia #inggritAmedia #ppm #mahasiswa #baru #kaderisasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar