Jeruk manis (Citrus
sinensis. L. Osbeck.) termasuk dalam family Rutaceae, salah satu jenis
citrus (Siburian, 2007). Tanaman ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik
di daerah tropis dan subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik
didaerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara
senantiasa lembab, serta mempunyai persyaratan air tertentu (Simbolon,2008).
Jeruk manis banyak ditanam di daerah 20-400 LU dan 20-400 LS. Di daerah subtropis, ditanam di
dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl, sedangkan di sekitar khatulistiwa
dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m dpl. Temperatur optimal pertumbuhannya
antara 25-300C (Samson, 1986).
Buah jeruk
memiliki komponen-komponen seperti flavedo, albedo, dan endocarp. Flavedo
merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Di dalam flavedo
terkandung karoten yang memberi sifat warna kuning pada buah jeruk. Sekitar 60%
karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada bagian ini. Di bagian ini
juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit jeruk. Albedo terletak di
bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang tebal, putih dan seperti
spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang kaya akan substansi pektin dan
hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo disebut pericarp yang sering
dikenal sebagai kulit. Endocarp merupakan bagian buah yang dapat dimakan, di
mana pada endocarp ini terdapat sejumlah segmen di dalamnya. Umumnya buah jeruk
mempunyai 9-13 segmen. Di bagian dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung sari
buah (juice sacs) yang mempunyai membran relatif kuat dan mempunyai dinding sel
tipis (Kurniawan, 2008).
Menurut
Departemen Kesehatan RI (1989) Komposisi kimia per 100 gram buah jeruk manis
antara lain karbohidrat (11 g), protein ( 0.8 g), lemak (0.2 g), kalsium (19
mg), fosfor (16 mg), vitamin A (190.0 SI), vitamin B (0,08 mg), vitamin C (49
mg) dan air (87,5 g). Komposisi buah jeruk terdiri dari bermacam - macam,
diantaranya air 70-92 % (tergantung kualitas buah), gula, asam organik, asam
amino, vitamin, zat warna, mineral dan lain-lain. Kandungan asam sitrat pada
waktu cukup muda, tetapi setelah buah masak makin berkurang. Kandungan asam
sitrat jeruk manis yang telah masak akan berkurang sampai duapertiga bagian
(Pracaya, 2000).
Kulit buah
jeruk manis tebalnya 0.3-0.5 cm, dari tepi berwarna kuning atau orange dan
makin ke dalam berwarna putih kekuningan sampai putih, berdaging dan kuat
melekat pada dinding buah (Rini, dkk., 2009). Kandungan kimia dalam kulit jeruk
manis adalah saponin, tannin, flavonoid, dan terpenoid (Sari, 2008). Kulit buah
jeruk manis memiliki bau yang khas aromatic dan rasa pahit yang mengandung
minyak atsiri 90% yang berisikan limonin, glukosida-glukosida hesperidina,
isohesperidin, auratiamarina, dan damar (Rini, dkk., 2009). Kulit buah jeruk segar
mengandung sekitar 0,8% minyak atsiri dengan komponen utama sebagai
berikut: α-pinena (1,59%), β-pinena (7,29%), β-mirsena
(4,59%), Oktanal (0,70%), Limonena (82,06%), Osimene (0,14%), 4-Thujanol
(0,06%), 1-Oktanol(0,13%), β-Linalool
(1,61%), α-limonena diepoksida (0,04%),
1,3,5-Tris (Metilena) sikloheptana (0,04), trans-p-2,8-Mentadien-1-ol (0,05),
Sitronellal (0,13), 4-Metil-1-(1-Metiletil)-3-sikloheksen-1-ol (0,17), α-Terpineol (0,30), trans-Piperitol (0,04), n-Dekanal (0,18), Β-Sitronello l(0,13), Karvona (0,05), Perillal (0,06),
Nonanal (0,03), Elemena (0,14), α-Kariofilena
(0,06), aR-(1aα,7α,7aα,7bα)-1a,2,3,5,6,7,7a,7b-Oktahidro-1,1,7,7a-tetrametil-1H-siklopropana
naftalena (0,09), α Farnesena (0,06), α-Elemena (0,21), Germakrena B (0,07) (Agusta, 2000).
Minyak atsiri
adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut dalam air. Minyak atsiri
merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu,
biji-bijian, ataupun kulit buah. Minyak ini dikenal dengan nama minyak eteris,
minyak esensial atau minyak terbang karena mengandung senyawa organik golongan
terpen yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak
atsiri memiliki rasa getir (pungent taste) dan berbau wangi yang sesuai dengan
bau tanaman aslinya (Yuliani & Satuhu, 2012). Industri memanfaatkan
minyak atsiri sebagai campuran farfum. Peran minyak atsiri dalam campuran bukan
hanya memberi keharuman, tetapi juga sebagai pengikat bau atau pixative farfum
(Simanihuruk, 2013).
Minyak atsiri
jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan mengubah
citra rasa makanan menjadi lebih menarik. Selain itu, minyak atsiri jeruk
juga memiliki manfaat kesehatan yang digunakan sebagai aroma terapi.
Aroma jeruk dapat menstabilkan system syaraf, menimbulkan perasaan senang dan
tenang, meningkatkan nafsu makan, dan penyembuhan penyakit. Manfaat bagi
kesehatan disebabkan adanya kandungan senyawa penyusun, antara lain : Limonen
berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorok dan batuk
serta menghambat sel kanker. Linalool, sitronel, terpineol, dan linalilasetat
dapat bersifat sebagai penenang (sedatif) (Istianto & Muryati, 2014).
Minyak kulit jeruk merupakan minyak aromatis yang terdapat pada gland di bagian
kulit buah jeruk. Menurut Kurniawan, (2008), dalam minyak kulit jeruk umumnya
terkandung limonene(95%), myrcene(2%), noctanal(1%), pinene(0,4%),
linanool(0,3%), decanal(0,3%), sabiene(0,2%), geranial(0,1%), neral(0,1%),
dodecanal(0,1%), dan senyawa-senyawa lainnya (0,5%)
Adanya
kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk meningkatkan nilai
ekonomis limbah kulit jeruk. Salah satunya dengan memanfaatkan kandungan
minyak atsiri pada kulit jeruk menjadi parfum. Parfum berasal dari bahasa Latin
yang berarti “per” “melalui” dan “fumum,” atau “asap.” Parfum kuno dibuat
dengan mengekstraksi minyak alami dari tanaman melalui menekan dan mengukus.
Minyak ini kemudian dibakar untuk mengharumkan udara. Saat ini, parfum paling
digunakan untuk aroma sabun. Beberapa produk bahkan wangi dengan aroma industri
untuk menutupi bau tak sedap atau muncul “wewangian”.
Ada beberapa
cara teknik ekstraksi untuk mendapatkan minyak atsiri yaitu hydro distillation dan steam
distilation. Rendemen yang didapat dengan proses hydro distillation sekitar 0,35-0,37 %, terkadang terjadi
proses hidrolisis ester, dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan.
Proses yang dilakukan untuk memperoleh minyak kulit jeruk terdiri dari 2 tahap
yaitu perlakuan pendahuluan dan pemisahan minyak kulit jeruk. Perlakuan
pendahuluan dilakukan dengan pengecilan ukuran (size reduction), dan
pengeringan kulit jeruk. Untuk proses pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu
rendah dengan menggunakan udara kering sebagai medium pengering supaya
komposisi, dan aroma minyak kulit jeruk tidak berubah karena teroksidasi oleh
udara.
Metode yang
digunakan dalam pengambilan minyak atsiri dari kulit jeruk adalah steam distillation dengan pretreatment pengeringan oven pada bahan. Bahan
yang digunakan adalah kulit jeruk manis (Citrus sinensis. L.
Osbeck),air, etanol PA, larutan KOH 0.1016 N, dan indicator PP (Muhtadin, dkk.,
2013). Air digunakan sebagai solvent untuk metode steam distillation. Selain itu, juga digunakan
sebagai proses pendinginan pada kondensor untuk distilat berupa campuran air
dan minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi. Ethanol PA digunakan
untuk mengondisikan pH 7 pada minyak atsiri dalam titrasi untuk analisa bilangan
asam. Larutan KOH 0,1016 N digunakan sebagai penitran dalam titrasi untuk
analisa bilangan asam. Indikator PP (Phenolpthalein) digunakan sebagai
indikator dalam analisa bilangan asam. Indikator ini memiliki perubahan warna
dari tidak bewarna ke merah muda seiring kenaikan pH (Muhtadin, dkk., 2013).
Alat yang digunakan adalah Steam
generator berupa labu leher
dua Schot Duran ukuran 1000 mL, labu ekstraktor berupa labu leher tiga Schot
Duran ukuran 1000 mL, erlenmeyer Pyrex ukuran 250 mL.
Pertama-tama
kulit jeruk segar ditimbang sebanyak 400 gram. Kulit jeruk dikeringkan dengan
menggunakan oven selama 12 jam dengan suhu 400C. Kulit jeruk yang
segar maupun yang sudah dikeringkan dimasukkan dalam oven pada labu ekstraktor.
Air dimasukkan dan labu steam
generator dipanaskan. Labu
ekstraktor dipanaskan ketika uap dari steam
generator mulai terbentuk.
Laju pemanasan diatur pada proses penyulingan, ditunggu sampai tetes pertama
keluar dari kondensor. Waktu ekstraksi dihitung mulai tetes pertama keluar dari
kondensor. Proses dihentikan sesuai dengan variabel waktu yang ditentukan.
Distilat ditampung dalam beaker
glass. Minyak dipisahkan dari air dengan menggunakan corong pemisah,
kemudian minyak tersebut ditampung pada tabung reaksi. Tabung reaksi yang berisi
minyak disimpan ke dalam freezer (suhu 0oC) untuk mendapatkan minyak
yang bebas dari air. Minyak yang bebas dari kandungan air tersebut diambil
dengan pipet dan dipindahkan ke botol sampel. Tahapan selanjutnya adalah
pembuatan parfum. Minyak kulit jeruk yang diperoleh dari proses ekstraksi
dicampur menjadi satu dengan alcohol 200 cc, dan hekslin 10 cc lalu dimasukkan
ke dalam botol, dikocok hingga merata. Sementara itu, di botol lain yaitu botol
semprot diberi gas angina terlebih dahulu, minyak wangi kulit jeruk lalu
dimasukkan kedalam botol semprot menggunakan alat suntil.
REFERENSI
Adnamazida, R. 2013. Kulit jeruk,
'sampah' yang baik bagi kesehatan. http://www.merdeka.com/sehat/kulit-jeruk-sampah-yang-baik-bagi-kesehatan.html.
Diakses tanggal 14 Desember 2014.
Guenther, T. 1987. Minyak atsiri.
Terjemahan oleh Ketaren, S. 1990. Jakarta: UI.
Istianto, M. dan Muryanti. 2014. Minyak
Atsiri Jeruk : Manfaat Dan Potensi Peningkatan Nilai Ekonomi Limbah Kulit
Jeruk. Berita. Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika. Balitbang Pertanian-Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Kurniawan, A., Kurniawan C., Indraswati
N., dan Mudjiati. 2008. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk Dengan Metode Distilasi,
Pengepresan Dan Leaching. Widya
Teknik 7(1) :(15-24).
Media Komunikasi dan Informasi Pusat
Penelitian Biologi LIPI. 2009. Training
and Workshop on Tissue Culture and Cell Based Assay for Anticancer Drug
Discovery. Warta Kita; Edisi
September. Pusat
Penelitian Biologi-LIPI. Cibinong-Bogor.
Muhtadin, A.F., Wijaya R., Prihartini
P., dan Mahfud. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan
Kering dengan Menggunakan Metode Steam
Distillation. Jurnal Teknik Pomits 2(1)
: 98-101.
Pracaya, 2000. Jeruk Manis, Varietas,
Budidaya dan Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rini, P.E. 2009. Pasokan dan Permintaan
Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Indonesian
Medicinal and Aromatic Crops Research Institute. Bogor. Hlm 52-64.
Samson, J.A. 1986. Tropical Fruit. Longman. New
York
Siburian, Rikson. 2008. Isolasi dan
Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri dari Kulit Buah Jeruk Manis
(Citrus
sinensis L.) Asal Timor, Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Natur
Indonesia 11(1) : 9-13.
Simanihuruk, Naomi. 2013. Ekstraksi
Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.) Di Balai Latihan Transmigrasi
Pekanbaru Sebagai Bahan Aktif Minyak Gosok. Paper.
Simbolon, F. P. M., 2008. Pengaruh
Konsentrasi Emulsi dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Jeruk Manis (Citrus
Sinensis, Linn). USU-Press, Medan.
Yuliani, S., dan S. Satuhu, 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya. Jakarta.
sumber gambar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuLP1zkLIw1A54hG5ctdR1tJjxGvascSzk3u4ORLX7qc1HcnDHMIFwT2uF2EGGH5M-GrGPLq9j1_sna5EgkUJ11G4WVZGZRrYVJj2euofBZUdZkH9axpmH8XRcJnNUPjGNhk5aB8rJ0_0/s1600/scrub-kulit-jeruk-untuk-mencerahkan-kulit.jpg
#Inggrit #Amedia #InggritAmedia #kulit #jeruk #parfum #upaya #peningkatan #nilai #ekonomi #limbah #citrus #sinensis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar