Jumat, 02 Januari 2015

Tugas Evolusi Evolusi Manusia ; Evolusi Yang Telah Terjadi Dan Evolusi Di Masa Depan


EVOLUSI MANUSIA, ketika kita berpikir tentang hal itu, pikiran pertama yang muncul adalah pro-kontra ribuan tahun silam. Pro-kontra itupun masih berlanjut hingga saat ini. Tetapi yang tetap memainkan peran dalam setiap pro-kontra adalah teori evolusi Charles Darwin. Darwin mengemukakan gagasannya tentang teori evolusi yang tertuang dalam bukunya “On the Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races”. Banyak teori-teori yang menentang teori Darwin. Dan tidak sedikit dari mereka yang menenentang dengan alibi bahwa teori evolusi adalah “manusia berasal dari kera” padahal sejatinya tidak demikian yang dinyatakan oleh Darwin dalam buku tersebut. Hal ini diperkuat oleh Clark (2005) yang menyatakan bahwa evolusi tidaklah berkisar pada manusia dan kera saja, terlebih manusia bukanlah keturunan langsung dari kera seperti yang dipahami masyarakat awam.

Terlepas dari pro dan kontra tersebut, teori evolusi (evolusi biologi/organik) saat ini terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini. Mulai dari teori evolusi masa Darwin hingga saat ini pada masa evolusi modern yang memandang dan mengkaji teori evolusi dari berbagai aspek dan pendekatan. Tapi tidak hanya mengalami perkembangan, tampaknya manusia melakukannya lebih cepat dari sebelumnya. Dalam 10.000 tahun terakhir, laju evolusi telah berlangsung lebih cepat 100 kali, menciptakan lebih banyak mutasi dalam gen manusia.

Kemajuan teknologi kini menjadi salah satu faktor yang memungkinkan akan terjadinya evolusi berlanjut pada manusia. Teknologi yang sedikit-banyaknya memanjakan manusi. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali manusia berjalan beriringan dengan teknologi. Oleh karena itu, jika kita beradaptasi dengan baik, dalam artian selalu mengikuti teknologi yang terus berkembang, maka manusia bias mengalami beberapa perubahan nyata.

Evolusi dapat dibuktikan dengan membandingkan gen berbagai bangsa di dunia, bisa dilihat sejauh mana manusia sudah berevolusi sejak spesies ini pertama kali muncul. Yang paling jelas bisa dilihat adalah warna kulit manusia yang berbeda-beda di berbagai penjuru dunia (Widodo, 2003). Beberapa bukti lain bahwa manusia telah berevolusi adalah bagaimana metabolisme manusia berevolusi agar bisa mencerna makanan yang di masa silam tidak bisa dicerna. Sebagai contoh adalah kemampuan manusia mencerna laktosa atau gula yang terkandung dalam susu. Sekitar 10.000 tahun yang silam sebelum manusia mengenal pertanian, manusia tidak bisa mencerna laktosa setelah usia menyusui. Sekarang toleransi terhadap laktosa di berbagai kawasan dunia bisa menjadi petunjuk untuk memahami sejarah pertanian di dunia. Sekitar 99% penduduk Irlandia mempunyai toleransi terhadap laktosa, sedangkan di Asia Tenggara yang tradisi pertaniannya relatif singkat, angka toleransi laktosa cuma 5%. Jadi jelas penemuan dan teknologi yang dikembangkan manusia di masa lalu, tidak membuat evolusi berhenti (Stearn & Hoekstra, 2003).

Nenek moyang kita memiliki rahang yang jauh lebih besar daripada rahang manusia kini, yang membantu mereka mengunyah makanan keras dari akar, kacang-kacangan dan daun. Satu set ketiga geraham diyakini menjadi jawaban evolusi untuk mengakomodasi kebiasaan makan nenek moyang kita. Saat ini, kita dapat menggunakan berbagai macam peralatan untuk memotong makanan yang besar & melunakkan makanan yang keras sehingga makanan menjadi lebih lembut dan lebih mudah untuk dikunyah. Sehingga sebagai hasilnya rahang-pun menjadi jauh lebih kecil. itulah kenapa gigi bungsu kita sering terasa sakit ketika tumbuh karena tidak cukup ruang untuk tumbuh. Seperti halnya usus buntu, gigi bungsu menjadi tidak berfungsi lagi (Guilfoile & Plum, 2004).

Manusia memiliki kemampuan untuk melawan penyakit. Seperti yang dikemukakan oleh sekelompok peneliti pada tahun 2007 bahwa sebanyak 1.800 gen yang ada manusia 40.000 tahun terakhir, banyak yang bertujuan untuk memerangi penyakit menular seperti malaria. Lebih dari selusin varian genetik baru yang memerangi malaria berkembang pesat di Afrika. Studi lain menemukan bahwa seleksi alam telah memilih para penghuni kota. Tinggal di kota menghasilkan varian genetik yang memungkinkan kita untuk lebih tahan terhadap penyakit seperti tuberkulosis dan lepra. Manusia masa depan mungkin lebih tahan terhadap diabetes dan penyakit jantung. Penyakit jantung dan diabetes adalah beberapa penyebab utama kematian di negara maju saat ini, sebagian karena diet modern tinggi lemak dan murah, kalori kosong. Oleh karena itu, saat ini ada tekanan yang cukup selektif dalam tempat untuk membuat manusia masa depan yang lebih baik disesuaikan dengan diet ini, dan dengan demikian lebih tahan terhadap penyakit ini (Guilfoile & Plum, 2004).

Terjadinya pencampuran gen antara populasi dari seluruh dunia berlangsung dengan cepat. Sebelumnya, karena keterbatasan transportasi, interaksi antara populasi yang berbeda dari dunia jauh lebih rendah. Dimasa kini, interaksi antara populasi terisolasi dunia juga meningkat. Perbedaan genetik diamati pada ras yang berbeda akhirnya akan menghilang seiring berjalannya waktu.

Evolusi cenderung mendukung penghapusan sifat-sifat yang tidak lagi diperlukan. Salah satu sifat yang merupakan kandidat utama untuk eliminasi adalah kekuatan fisik kita. Misalnya si pada “usus buntu” manusia. Selama evolusi, karena pola makan kita telah berubah, usus buntu menjadi kurang berguna. Apa yang sangat menarik adalah bahwa banyak teori evolusi percaya bahwa seleksi alam (saat mengeluarkan semua kemampuan usus buntu) memilih usus buntu yang lebih besar karena mereka cenderung menjadi meradang dan sakit. Jadi tidak seperti jari kelingking kaki, yang pada akhirnya mungkin lenyap dan sama-sama tidak berguna, usus buntu kemungkinan tetap berada dalam tubuh manusia, namun tanps fungsi yang dimilikinya. Manusia juga tidak lagi memerlukan otot yang kuat untuk melakukan prestasi kekuatan. Manusia kini memiliki mesin, dan alat-alat pintar lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa kita jauh lebih lemah dibandingkan dengan nenek moyang kita. Manusia di masa datang tersebut mungkin lebih mungil daripada kita saat ini. Untuk alasan yang sama, manusia masa depan mungkin juga telah melemahkan sistem kekebalan tubuh dan lebih rentan terhadap patogen. Teknologi medis modern dan penemuan antibiotik telah sangat meningkatkan kesehatan dan harapan hidup, tetapi mereka juga berarti membutuhkan sistem kekebalan tubuh kita untuk melakukan sedikit pekerjaan untuk membuat kita tetap sehat. Secara biologis, sistem kekebalan tubuh kita kurang diperlukan daripada mereka dulu. Oleh karena itu, manusia masa depan bisa menjadi lebih tergantung pada teknologi medis.

Berbagai bukti evolusi telah menunjukkan bahwa evolusi manusia telah terjadi di masa lalu, dan akan berlanjut hingga masa depan karena berbagai faktor yang memperngaruhinya.

Referensi

Clark, David. 2005. Molecular Biology. USA: Elsevier.
Guilfoile, P. & Plum, S . 2004. The Relationship Between Phenotype and Genotype. American Biology Teacher.
Stearn, S.C. & Hoekstra, R.F. 2003. Evolution an Introduction. New York: Oxford University Press.
Widodo, et. al. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Program Semi-que IV. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Negeri Malang. Malang.


sumber gambar :
http://www.oakstone.co.uk/wp-content/uploads/2014/11/tnooz-robot-man.jpg



#Inggrit #Amedia #inggritAmedia #Evolusi #manusia #modern

Tidak ada komentar:

Posting Komentar