EVOLUSI MANUSIA, ketika kita berpikir tentang hal itu, pikiran pertama yang
muncul adalah pro-kontra ribuan tahun silam. Pro-kontra itupun masih berlanjut
hingga saat ini. Tetapi yang tetap memainkan peran dalam setiap pro-kontra
adalah teori evolusi Charles Darwin. Darwin mengemukakan gagasannya tentang
teori evolusi yang tertuang dalam bukunya “On the Origin of Species by Means
of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races”. Banyak teori-teori yang menentang
teori Darwin. Dan tidak sedikit dari mereka yang menenentang dengan alibi bahwa
teori evolusi adalah “manusia berasal dari kera” padahal sejatinya tidak
demikian yang dinyatakan oleh Darwin dalam buku tersebut. Hal ini diperkuat
oleh Clark (2005) yang menyatakan bahwa evolusi tidaklah berkisar pada manusia
dan kera saja, terlebih manusia bukanlah keturunan langsung dari kera seperti
yang dipahami masyarakat awam.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut,
teori evolusi (evolusi biologi/organik) saat ini terus mengalami perkembangan
seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era
globalisasi ini. Mulai dari teori evolusi masa Darwin hingga saat ini pada masa
evolusi modern yang memandang dan mengkaji teori evolusi dari berbagai aspek
dan pendekatan. Tapi tidak hanya mengalami perkembangan, tampaknya manusia
melakukannya lebih cepat dari sebelumnya. Dalam 10.000 tahun terakhir, laju
evolusi telah berlangsung lebih cepat 100 kali, menciptakan lebih banyak mutasi
dalam gen manusia.
Kemajuan teknologi kini menjadi salah
satu faktor yang memungkinkan akan terjadinya evolusi berlanjut pada manusia.
Teknologi yang sedikit-banyaknya memanjakan manusi. Sejak bangun tidur hingga
tidur kembali manusia berjalan beriringan dengan teknologi. Oleh karena itu,
jika kita beradaptasi dengan baik, dalam artian selalu mengikuti teknologi yang
terus berkembang, maka manusia bias mengalami beberapa perubahan nyata.
Evolusi dapat dibuktikan dengan
membandingkan gen berbagai bangsa di dunia, bisa dilihat sejauh mana manusia
sudah berevolusi sejak spesies ini pertama kali muncul. Yang paling jelas bisa
dilihat adalah warna kulit manusia yang berbeda-beda di berbagai penjuru dunia
(Widodo, 2003). Beberapa bukti lain bahwa manusia telah berevolusi adalah
bagaimana metabolisme manusia berevolusi agar bisa mencerna makanan yang di
masa silam tidak bisa dicerna. Sebagai contoh adalah kemampuan manusia mencerna
laktosa atau gula yang terkandung dalam susu. Sekitar 10.000 tahun yang silam
sebelum manusia mengenal pertanian, manusia tidak bisa mencerna laktosa setelah
usia menyusui. Sekarang toleransi terhadap laktosa di berbagai kawasan dunia
bisa menjadi petunjuk untuk memahami sejarah pertanian di dunia. Sekitar 99%
penduduk Irlandia mempunyai toleransi terhadap laktosa, sedangkan di Asia
Tenggara yang tradisi pertaniannya relatif singkat, angka toleransi laktosa
cuma 5%. Jadi jelas penemuan dan teknologi yang dikembangkan manusia di masa
lalu, tidak membuat evolusi berhenti (Stearn & Hoekstra, 2003).
Nenek moyang kita memiliki rahang yang
jauh lebih besar daripada rahang manusia kini, yang membantu mereka mengunyah
makanan keras dari akar, kacang-kacangan dan daun. Satu set ketiga geraham
diyakini menjadi jawaban evolusi untuk mengakomodasi kebiasaan makan nenek
moyang kita. Saat ini, kita dapat menggunakan berbagai macam peralatan untuk
memotong makanan yang besar & melunakkan makanan yang keras sehingga
makanan menjadi lebih lembut dan lebih mudah untuk dikunyah. Sehingga sebagai
hasilnya rahang-pun menjadi jauh lebih kecil. itulah kenapa gigi bungsu kita
sering terasa sakit ketika tumbuh karena tidak cukup ruang untuk tumbuh.
Seperti halnya usus buntu, gigi bungsu menjadi tidak berfungsi lagi (Guilfoile
& Plum, 2004).
Manusia memiliki kemampuan untuk melawan
penyakit. Seperti yang dikemukakan oleh sekelompok peneliti pada tahun 2007
bahwa sebanyak 1.800 gen yang ada manusia 40.000 tahun terakhir, banyak yang
bertujuan untuk memerangi penyakit menular seperti malaria. Lebih dari selusin
varian genetik baru yang memerangi malaria berkembang pesat di Afrika. Studi
lain menemukan bahwa seleksi alam telah memilih para penghuni kota. Tinggal di
kota menghasilkan varian genetik yang memungkinkan kita untuk lebih tahan
terhadap penyakit seperti tuberkulosis dan lepra. Manusia masa depan mungkin
lebih tahan terhadap diabetes dan penyakit jantung. Penyakit jantung dan
diabetes adalah beberapa penyebab utama kematian di negara maju saat ini,
sebagian karena diet modern tinggi lemak dan murah, kalori kosong. Oleh karena
itu, saat ini ada tekanan yang cukup selektif dalam tempat untuk membuat
manusia masa depan yang lebih baik disesuaikan dengan diet ini, dan dengan
demikian lebih tahan terhadap penyakit ini (Guilfoile & Plum, 2004).
Terjadinya pencampuran gen antara
populasi dari seluruh dunia berlangsung dengan cepat. Sebelumnya, karena
keterbatasan transportasi, interaksi antara populasi yang berbeda dari dunia
jauh lebih rendah. Dimasa kini, interaksi antara populasi terisolasi dunia juga
meningkat. Perbedaan genetik diamati pada ras yang berbeda akhirnya akan
menghilang seiring berjalannya waktu.
Evolusi cenderung mendukung penghapusan
sifat-sifat yang tidak lagi diperlukan. Salah satu sifat yang merupakan
kandidat utama untuk eliminasi adalah kekuatan fisik kita. Misalnya si pada
“usus buntu” manusia. Selama evolusi, karena pola makan kita telah berubah,
usus buntu menjadi kurang berguna. Apa yang sangat menarik adalah bahwa banyak
teori evolusi percaya bahwa seleksi alam (saat mengeluarkan semua kemampuan
usus buntu) memilih usus buntu yang lebih besar karena mereka cenderung menjadi
meradang dan sakit. Jadi tidak seperti jari kelingking kaki, yang pada akhirnya
mungkin lenyap dan sama-sama tidak berguna, usus buntu kemungkinan tetap berada
dalam tubuh manusia, namun tanps fungsi yang dimilikinya. Manusia juga tidak
lagi memerlukan otot yang kuat untuk melakukan prestasi kekuatan. Manusia kini
memiliki mesin, dan alat-alat pintar lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa kita jauh lebih lemah dibandingkan
dengan nenek moyang kita. Manusia di masa datang tersebut mungkin lebih mungil
daripada kita saat ini. Untuk alasan yang sama, manusia masa depan mungkin juga
telah melemahkan sistem kekebalan tubuh dan lebih rentan terhadap patogen.
Teknologi medis modern dan penemuan antibiotik telah sangat meningkatkan
kesehatan dan harapan hidup, tetapi mereka juga berarti membutuhkan sistem
kekebalan tubuh kita untuk melakukan sedikit pekerjaan untuk membuat kita tetap
sehat. Secara biologis, sistem kekebalan tubuh kita kurang diperlukan daripada
mereka dulu. Oleh karena itu, manusia masa depan bisa menjadi lebih tergantung
pada teknologi medis.
Berbagai bukti evolusi telah menunjukkan
bahwa evolusi manusia telah terjadi di masa lalu, dan akan berlanjut hingga
masa depan karena berbagai faktor yang memperngaruhinya.
Referensi
Clark, David. 2005. Molecular Biology. USA: Elsevier.
Guilfoile, P. & Plum, S . 2004. The
Relationship Between Phenotype and Genotype. American Biology Teacher.
Stearn, S.C. & Hoekstra, R.F. 2003.
Evolution an Introduction. New York: Oxford University Press.
Widodo, et. al. 2003. Bahan Ajar Evolusi.
Program Semi-que IV. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Negeri Malang. Malang.
sumber
gambar :
http://www.oakstone.co.uk/wp-content/uploads/2014/11/tnooz-robot-man.jpg
#Inggrit #Amedia #inggritAmedia #Evolusi #manusia #modern
Tidak ada komentar:
Posting Komentar