Application
of Aquaculture Natural Food Produce by Protoplast Fusion Process of Dunaliella salina and Phaffia rhodozyma
Oleh: Hersugondo , Hermin Pancasakti Kusumaningrum , Muhammad
Zainuri .
Reviewer : Inggrit Amedia
Kondisi saat ini adalah
petani tambak (udang) cenderung statis dalam produksi udang mereka. Faktor
penentu utama tentunya adalah pakan.
Diperlukan adanya diversifikasi pakan untuk mendapatkan bobot maksimal dalam
jangka waktu yang diperlukan karena kebutuhan pasar udang termasuk tinggi.
Pakan yang mengandung karoenoid (β-karoten dan astaxantin) terbukti dapat
meningkatkan bobot dalam jangka waktu tertentu. Namun, pakan yang mengandung
karotenoid biasanya sulit dijangkau. Oleh karena itu, fusi protoplas menjadi
solusi yang terbaik. Fusi dilakukan pada alga Dunaliella salina dan khamir Paffia
rhodozyma. Dunaliella salina
diketahui mangandung beta β-karoten yang disebut 9-cis-β-karoten dan
zeaxanthin. 9-cis-β-karoten berfungsi untuk mencegah kanker (10x lebih kuat
dari β-karoten biasa), sedangkan zeaxanthin berfungsi sebagai antioksidan yang
baik dalam membantu mencegah dan mengobati kondisi kehilangan penglihatan.
Setiap 1 mg D. salina mengandung 6 mg
Zeaxanthin, lebih besar daripada tanaman lainnya yang hanya mengandung 0.2
mg. P.
rhodozyma adalah produsen terbesar astaxantin. Astaxantin penting bagi
kesehatan udang dan meningkatkan immunologi. Kedua senyawa yang dihasilkan dari
dua spesies yang berbeda tadi digabungkan melalui fusi protoplas intraspesies
sebagai pakan alami budidaya udang atau Crustaceae lainnya.
D
salina dikultur dengan dengan media walne (hasil
modifikasi dari Bidwell & Spotte) dengan kondisi pencahayaan intensif 600
lux. P rhodozyme ditumbuhkan dalam
medium yang berbeda. Spesies kemudian diisolasi, difusikan, dan diregenerasi.
Untuk mengetahui hasil fusi, maka rekombinan fusi diujikan kepada udang windu (Penaeus monodon Fabricius) usia 60 hari
dan berat 0.2-0.5. makanan diberikan dalam bentuk alami (D. salina), rekombinan dalam bentuk pellet (berbagai sel rekombinan
fusi), dan makanan komersial sebagai kontrol. Setiap 2 hari bobot tubuh
ditimbang untuk merumuskan diet kaya karotenoid yang memiliki produksi unggul.
Penelitian ini telah
membuktikan bahwa teknik fusi berhasil menyediakan alternatif pakan yang lebih
terjangkau, aman, dan mudah. P. rhodozyma
menghasilkan astaxantin dengan pigmen utama merah oranye. Perbedaan yang signifikan
terlihat dari komposisi total pigmennya, pada P. rhodozyma liar <500 µg/g, sedangkan pada rekombinan fusi
protoplas mencapai 12.412 µg/g. Kultivasi P.
rhodozyma menunjukkan siklus hidupnya adalah 24-80 jam pada suhu ruang. D. salina mampu menghasilkan β-karoten
dibawah penerangan, suhu 26o, dan air asin. Siklus hidup D. salina adalah 7 hari dibawah
penerangan. Sel pada fase logaritmik berwarna hijau terang dan pada fase
stasioner berubah menjadi warna hijau kekuningan terkait dengan pembentukan
karotenoid . Kerapatan sel tertinggi dicapai pada hari ke-3 dan mulai menurun
pada hari ke-4 . Total produksi pigmen tertinggi mencapai 111.16 µg/g atau
setara dengan 3.3-15.56 µg/g β-karoten.
Fusi protoplas antara D. salina dan P. rhodozyma telah menghasilkan sel dan koloni rekombinan dengan
jenis yang berbeda seperti bentuk rekombinan D. salina tapi merah seperti P.
rhodozyma , bentuk rekombinan sebagai P.
rhodozyma tapi hijau seperti D.
salina , rekombinan dan berbentuk berwarna seperti P. rhodozyma tapi mampu bergerak aktif seperti D. salina , rekombinan berbentuk dan berwarna seperti D. salina tetapi non - motil seperti P. rhodozyma , berbentuk , berwarna dan
bergerak seperti D. salina namun
mampu hidup di air tawar, berbentuk, berwarna dan non-motil sebagai P. rhodozyma namun mampu hidup di air
asin, berbentuk, berwarna, bergerak seperti D.
salina dan dapat hidup di air tawar, tetapi poliploidi, berbentuk,
berwarna, bergerak seperti P. rhodozyma
dan dapat hidup di air tawar tapi poliploidi , dan sebagainya. Berbagai variasi
yang muncul mengindikasikan bahwa mereka telah memperoleh berbagai jenis
rekombinan menguntungkan untuk digunakan sebagai sumber makanan alami. Selain
itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berat udang pada grafik menunjukkanberat
keseluruhan udang cenderung meningkat dalam penyediaan berbagai diversifikasi
pakan fusi protoplas. Hasil yang diperoleh menunjukkan telah diperilehnya
makanan kaya karotenoid dapat digunakan sebagai sumber pakan.
Penambahan pakan buatan
dengan makanan alami yang kaya akan karotenoid membentuk rekombinan fusi antara
D. salina dan P. rhodozyma dapat meningkatkan berat udang dan kelangsungan hidup
dibandingkan dengan pakan buatan dan makanan alami saja. Mereka memiliki
pertumbuhan yang stabil di air tawar dan air asin, dapat berkembang biak secara
alami dan aman untuk hewan konsumsi perikanan dan juga lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar